ketika aku sendiri
banyak yang aku fikirkan
tentang erti kasih
tentang erti sayang
kenapa kita sering kalah dengan perasaan ini
pernah aku terfikir
lahirnya seorang permata..diolah dengan penuh kasih
hasil kasih itu yang membuahkan benih cinta
tetapi kenapa kita sering
lupa akan perasaan itu
bila benih itu lahir
ia diinjak
ia dilumat hingga tiada lagi
peluang untuk mengenal erti kasih
mengenal erti cinta
umpama pohon di hutan
ditebang dengan rakus
demi memuas nafsu menusia...
Friday, March 18, 2011
xxxx..
MENGENALI SIFAT PENGHUNI NERAKA.....
Dalam surat Qaf, Allah S.W.T menerangkan beberapa sifat penghuni neraka. Allah S.W.T berfirman:
وَقَالَ قَرِينُهُ هَذَا مَا لَدَيَّ عَتِيدٌ. أَلْقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍ. مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ مُرِيبٍ. الَّذِي جَعَلَ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ فَأَلْقِيَاهُ فِي الْعَذَابِ الشَّدِيدِ
“Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sesembahan yang lain beserta Allah, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat.” (Qaf: 23-26)
Dalam ayat-ayat tersebut, Allah S.W.T menerangkan bahwa qarin yang menyertai manusia, yakni malaikat yang ditugaskan untuk mencacatkan amal bani Adam, mengatakan kepada Allah S.W.T:
“Inilah yang tersedia pada sisiku telah siap.” Yakni orang tersebut dihadapkan kepada Allah S.W.T. oleh malaikat beserta catatan amalnya yang lengkap, tanpa ditambah dan dikurangi, serta siap untuk diberi balasan. Allah S.W.T. pun memerintahkan kepada kedua malaikat-Nya yaitu malaikat yang sebagai saksi dan malaikat yang mengiringnya ke hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat.”
Dalam firman Allah S.W.T. di atas terdapat enam sifat orang yang bakal dilemparkan ke dalam Neraka Jahannam.
1. Orang yang sangat ingkar: yakni mereka yang sangat kafir, di mana berbagai macam kekafiran mereka lakukan baik berupa perbuatan maupun ucapan. Atau mereka yang kekafiran itu telah menguat dalam qalbunya.
2. Keras kepala: yakni membangkang terhadap kebenaran, menghadapinya dengan kebatilan sementara ia tahu kebenaran itu. Walaupun kebenaran itu ditawarkan kepadanya, dia tidak mau menerimanya walaupun kebenaran itu begitu jelas. Akibatnya, ia akan banyak berbuat maksiat, berani menerjang larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. Sangat menghalangi kebajikan: kebajikan di sini bererti segala macam kebajikan. Seolah-olah dia mencari-cari segala macam kebajikan untuk dia halangi sehingga dia menghalangi segala macam amal baik, dan yang terbesar adalah iman kepada Allah S.W.T., malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya, serta menghalangi seseorang untuk berdakwah kepadanya. Ia juga tidak menunaikan apa yang menjadi kewajibannya, tidak mahu berbuat baik, bersilaturahmi, dan bersedeqah. Ia menghalangi dirinya sendiri untuk berjuang dengan harta dan badannya dalam perkara yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. Melanggar batas: yakni melanggar batas-batas hukum Allah S.W.T. dan melanggar hak-hak makhluk, sehingga ia berbuat jahat kepada mereka. Bukan saja dia menghalangi seseorang untuk berbuat kebajikan, namun ia juga berbuat jahat kepadanya. Ini semacam perlakuan orang Quraisy terhadap Nabi Muhammad s.a.w. Mereka melarang baginda berbuat baik sekaligus mereka berbuat jahat terhadap baginda. Sebagaimana ia juga melampaui batas dalam membelanjakan hartanya. Qatadah rahimahullahu menafsirkan: “Yakni melampaui batas dalam bicara, jalan dan segala urusannya.”
5. Lagi ragu-ragu: yakni tertanam dalam dirinya keraguan dan kebimbangan. Demikian juga, ia membuat keraguan pada diri orang lain, baik keraguan dalam hal janji Allah S.W.T. ataupun ancaman-Nya, sehingga tiada iman dan kebaikan dalam dirinya.
6. Yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah S.W.T.: mencakup semua orang yang menghambakan diri dan menghinakan diri kepada selain Allah S.W.T.
Untuk orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut, Allah S.W.T. katakan:
فَأَلْقِيَاهُ فِي الْعَذَابِ الشَّدِيدِ
“Maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat.”
Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda:
يَخْرُجُ عُنُقٌ مِنَ النَّارِ يَتَكَلَّمُ يَقُوْلُ: وُكِلْتُ الْيَوْمَ بِثَلَاثَةٍ؛ بِكُلِّ جَبَّارٍ عَنِيْدٍ، وَمَنْ جَعَلَ مَعَ اللهِ إِلَهًا خَرَ، وَمَنْ قَتَلَ نَفْساً بِغَيْرِ نَفْسٍ فَتَنْطَوِي عَلَيْهِمْ فَتَقْذِفُهُمْ فِيْ غَمَرَاتِ جَهَنَّمِ
Satu leher keluar dari neraka, ia boleh berbicara. Ia pun mengatakan: “Pada hari ini aku diarahkan (menyeksa) tiga golongan manusia: setiap orang yang sombong lagi membangkang, orang yang menjadikan sembahan selain Allah S.W.T. bersama-Nya, dan setiap orang yang membunuh sebuah jiwa bukan kerana qishash.” Sehingga leher tersebut melilit mereka dan melemparkan mereka ke dalam dahsyatnya azab jahannam. HR. Ahmad)
Dalam surat Qaf, Allah S.W.T menerangkan beberapa sifat penghuni neraka. Allah S.W.T berfirman:
وَقَالَ قَرِينُهُ هَذَا مَا لَدَيَّ عَتِيدٌ. أَلْقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍ. مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ مُرِيبٍ. الَّذِي جَعَلَ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ فَأَلْقِيَاهُ فِي الْعَذَابِ الشَّدِيدِ
“Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sesembahan yang lain beserta Allah, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat.” (Qaf: 23-26)
Dalam ayat-ayat tersebut, Allah S.W.T menerangkan bahwa qarin yang menyertai manusia, yakni malaikat yang ditugaskan untuk mencacatkan amal bani Adam, mengatakan kepada Allah S.W.T:
“Inilah yang tersedia pada sisiku telah siap.” Yakni orang tersebut dihadapkan kepada Allah S.W.T. oleh malaikat beserta catatan amalnya yang lengkap, tanpa ditambah dan dikurangi, serta siap untuk diberi balasan. Allah S.W.T. pun memerintahkan kepada kedua malaikat-Nya yaitu malaikat yang sebagai saksi dan malaikat yang mengiringnya ke hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat.”
Dalam firman Allah S.W.T. di atas terdapat enam sifat orang yang bakal dilemparkan ke dalam Neraka Jahannam.
1. Orang yang sangat ingkar: yakni mereka yang sangat kafir, di mana berbagai macam kekafiran mereka lakukan baik berupa perbuatan maupun ucapan. Atau mereka yang kekafiran itu telah menguat dalam qalbunya.
2. Keras kepala: yakni membangkang terhadap kebenaran, menghadapinya dengan kebatilan sementara ia tahu kebenaran itu. Walaupun kebenaran itu ditawarkan kepadanya, dia tidak mau menerimanya walaupun kebenaran itu begitu jelas. Akibatnya, ia akan banyak berbuat maksiat, berani menerjang larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. Sangat menghalangi kebajikan: kebajikan di sini bererti segala macam kebajikan. Seolah-olah dia mencari-cari segala macam kebajikan untuk dia halangi sehingga dia menghalangi segala macam amal baik, dan yang terbesar adalah iman kepada Allah S.W.T., malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya, serta menghalangi seseorang untuk berdakwah kepadanya. Ia juga tidak menunaikan apa yang menjadi kewajibannya, tidak mahu berbuat baik, bersilaturahmi, dan bersedeqah. Ia menghalangi dirinya sendiri untuk berjuang dengan harta dan badannya dalam perkara yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. Melanggar batas: yakni melanggar batas-batas hukum Allah S.W.T. dan melanggar hak-hak makhluk, sehingga ia berbuat jahat kepada mereka. Bukan saja dia menghalangi seseorang untuk berbuat kebajikan, namun ia juga berbuat jahat kepadanya. Ini semacam perlakuan orang Quraisy terhadap Nabi Muhammad s.a.w. Mereka melarang baginda berbuat baik sekaligus mereka berbuat jahat terhadap baginda. Sebagaimana ia juga melampaui batas dalam membelanjakan hartanya. Qatadah rahimahullahu menafsirkan: “Yakni melampaui batas dalam bicara, jalan dan segala urusannya.”
5. Lagi ragu-ragu: yakni tertanam dalam dirinya keraguan dan kebimbangan. Demikian juga, ia membuat keraguan pada diri orang lain, baik keraguan dalam hal janji Allah S.W.T. ataupun ancaman-Nya, sehingga tiada iman dan kebaikan dalam dirinya.
6. Yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah S.W.T.: mencakup semua orang yang menghambakan diri dan menghinakan diri kepada selain Allah S.W.T.
Untuk orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut, Allah S.W.T. katakan:
فَأَلْقِيَاهُ فِي الْعَذَابِ الشَّدِيدِ
“Maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat.”
Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda:
يَخْرُجُ عُنُقٌ مِنَ النَّارِ يَتَكَلَّمُ يَقُوْلُ: وُكِلْتُ الْيَوْمَ بِثَلَاثَةٍ؛ بِكُلِّ جَبَّارٍ عَنِيْدٍ، وَمَنْ جَعَلَ مَعَ اللهِ إِلَهًا خَرَ، وَمَنْ قَتَلَ نَفْساً بِغَيْرِ نَفْسٍ فَتَنْطَوِي عَلَيْهِمْ فَتَقْذِفُهُمْ فِيْ غَمَرَاتِ جَهَنَّمِ
Satu leher keluar dari neraka, ia boleh berbicara. Ia pun mengatakan: “Pada hari ini aku diarahkan (menyeksa) tiga golongan manusia: setiap orang yang sombong lagi membangkang, orang yang menjadikan sembahan selain Allah S.W.T. bersama-Nya, dan setiap orang yang membunuh sebuah jiwa bukan kerana qishash.” Sehingga leher tersebut melilit mereka dan melemparkan mereka ke dalam dahsyatnya azab jahannam. HR. Ahmad)
Sunday, March 6, 2011
yang bernama wanita
~ UNTUK SAHABAT-SAHABAT YANG BERNAMA WANITA ~
by Cik Zura on Monday, January 10, 2011 at 3:26pm
~ NASIHAT UNTUK SAHABAT WANITA ~
Untuk membentuk bibir yang menawan, ucapkan kata-kata kebaikan.
Untuk mendapatkan mata yang indah, carilah kebaikan pada setiap orang yang anda jumpai.
Untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing, berbagilah makanan dengan mereka yang kelaparan.
Untuk mendapatkan rambut yang indah, mintalah seorang anak kecil untuk menyisirnya dengan jemarinya setiap hari.
Untuk mendapatkan sikap tubuh yang indah, berjalanlah dengan segala ilmu pengetahuan, dan anda tidak akan pernah berjalan sendirian. Manusia, jauh melebihi segala ciptaan lain, perlu senantiasa berubah, diperbaharui, dibentuk kembali, dan diampuni.
Jadi, jangan pernah kecilkan seseorang dari hati anda apabila anda sudah melakukan semuanya itu, ingatlah senantiasa, jika suatu ketika anda memerlukan pertolongan, akan senantiasa ada tangan terulur.
Dan dengan bertambahnya usia anda, anda akan semakin mensyukuri telah diberi dua tangan, satu untuk menolong diri anda sendiri, dan satu lagi untuk menolong orang lain.
Kecantikan wanita bukan terletak pada pakaian yang dikenakannya, bukan pada bentuk tubuhnya, atau cara dia menyisir rambutnya.
Kecantikan wanita terdapat pada matanya, cara dia memandang dunia. Kerana di matanyalah terletak gerbang menuju ke setiap hati manusia, di mana cinta dapat berkembang.
Kecantikan wanita, bukan pada kehalusan wajahnya, tetapi kecantikan yang murni, terpancar pada jiwanya, yang dengan penuh kasih memberikan perhatian dan cinta yang dia berikan dan kecantikan itu akan tumbuh sepanjang waktu.
RENUNGAN UNTUK SAYA DAN SAHABAT2 ~ SEMOGA SAMA2 KITA BEROLEH KEBAIKAN DARINYA ~ AMIN YARABBAL AKLAMIN ~ TIDAK RUGI UNTUK KITA BERUBAH JIKA IANYA PERUBAHAN YG TULUS DARI HATI ~ ALLAH ITU MAHA PENGASIH DAN PENYAYANG ~ MAHA PENGAMPUN DAN PEMURAH ~ KITA SERING LALAI ~ SERING MENGEJAR PERKARA DUNIAWI SEHINGGA KITA LUPA TENTANG KEHIDUPAN YANG ABADI DI SANA ~ FIKIRKANLAH.. KITA ADALAH IBU.. KITA ADALAH KAKAK.. KITA ADALAH ADIK..KITA ADALAH SEGALANYA UNTUK KAUM ADAM ~ UMPAMA MATA DAN TELINGA ~ ROSAK SALAH SATUNYA..PINCANG LAH KEHIDUPAN WALAUPUN MASIH BOLEH DITERUSKAN TETAPI SUKAR DAN PERLUKAN KESABARAN DAN KETABAHAN .. SY SEKADAR BERKONGSI.. UNTUK KITA BERFIKIR... DAN RENUNGKAN...
by Cik Zura on Monday, January 10, 2011 at 3:26pm
~ NASIHAT UNTUK SAHABAT WANITA ~
Untuk membentuk bibir yang menawan, ucapkan kata-kata kebaikan.
Untuk mendapatkan mata yang indah, carilah kebaikan pada setiap orang yang anda jumpai.
Untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing, berbagilah makanan dengan mereka yang kelaparan.
Untuk mendapatkan rambut yang indah, mintalah seorang anak kecil untuk menyisirnya dengan jemarinya setiap hari.
Untuk mendapatkan sikap tubuh yang indah, berjalanlah dengan segala ilmu pengetahuan, dan anda tidak akan pernah berjalan sendirian. Manusia, jauh melebihi segala ciptaan lain, perlu senantiasa berubah, diperbaharui, dibentuk kembali, dan diampuni.
Jadi, jangan pernah kecilkan seseorang dari hati anda apabila anda sudah melakukan semuanya itu, ingatlah senantiasa, jika suatu ketika anda memerlukan pertolongan, akan senantiasa ada tangan terulur.
Dan dengan bertambahnya usia anda, anda akan semakin mensyukuri telah diberi dua tangan, satu untuk menolong diri anda sendiri, dan satu lagi untuk menolong orang lain.
Kecantikan wanita bukan terletak pada pakaian yang dikenakannya, bukan pada bentuk tubuhnya, atau cara dia menyisir rambutnya.
Kecantikan wanita terdapat pada matanya, cara dia memandang dunia. Kerana di matanyalah terletak gerbang menuju ke setiap hati manusia, di mana cinta dapat berkembang.
Kecantikan wanita, bukan pada kehalusan wajahnya, tetapi kecantikan yang murni, terpancar pada jiwanya, yang dengan penuh kasih memberikan perhatian dan cinta yang dia berikan dan kecantikan itu akan tumbuh sepanjang waktu.
RENUNGAN UNTUK SAYA DAN SAHABAT2 ~ SEMOGA SAMA2 KITA BEROLEH KEBAIKAN DARINYA ~ AMIN YARABBAL AKLAMIN ~ TIDAK RUGI UNTUK KITA BERUBAH JIKA IANYA PERUBAHAN YG TULUS DARI HATI ~ ALLAH ITU MAHA PENGASIH DAN PENYAYANG ~ MAHA PENGAMPUN DAN PEMURAH ~ KITA SERING LALAI ~ SERING MENGEJAR PERKARA DUNIAWI SEHINGGA KITA LUPA TENTANG KEHIDUPAN YANG ABADI DI SANA ~ FIKIRKANLAH.. KITA ADALAH IBU.. KITA ADALAH KAKAK.. KITA ADALAH ADIK..KITA ADALAH SEGALANYA UNTUK KAUM ADAM ~ UMPAMA MATA DAN TELINGA ~ ROSAK SALAH SATUNYA..PINCANG LAH KEHIDUPAN WALAUPUN MASIH BOLEH DITERUSKAN TETAPI SUKAR DAN PERLUKAN KESABARAN DAN KETABAHAN .. SY SEKADAR BERKONGSI.. UNTUK KITA BERFIKIR... DAN RENUNGKAN...
gelaran baginda tercinta.....
Gelaran bagi Nabi Muhammad sallallahu'alaihi Wasallam.
* Ahmad
* Hamid
* Mahmud
* Thaaha
* Yasiin
* Abu Ibrahim
* Ibnu Abdullah
* Al-Maahi
* Al-Haasyir
* Al-`Aaqib
* Al-Amin
* Al-Mushthafa
* Habibullah
* Nabiyullah
* Syafi`ullah
* Rasulullah
* Ahmad
* Hamid
* Mahmud
* Thaaha
* Yasiin
* Abu Ibrahim
* Ibnu Abdullah
* Al-Maahi
* Al-Haasyir
* Al-`Aaqib
* Al-Amin
* Al-Mushthafa
* Habibullah
* Nabiyullah
* Syafi`ullah
* Rasulullah
hati.... hati2.....
~~assalammualaikum...wt ukhuwah santai msm...
PERANAN HATI....
Hati merupakan asas yang sangat penting dan tersembunyi dalam diri setiap insan. la memainkan peranan yang sangat bermakna dalam kehidupan seharian. Rasulullah s.a.w. menyatakan soal hati seperti berikut:
"Ketahuilah kamu di dalam badan manusia terdapat segumpal darah. Apabila baik maka baiklah keseluruhan segala perbuatannya dan apabila buruk maka buruklah keseluruhan tingkah lakunya. Ketahuilah kamu bahwa ia adalah hati"
Berdasarkan hadis di atas bahawa kebaikan manusia atau keburukannya datang dari hati, kerana hati adalah pengarah bagi pancaindera yang lahir. Jika hatinya baik maka baiklah segala perbuatannya serta rasa senang setiap rekan taulan mendekatinya dalam pergaulan.
Andai hatinya buruk dan busuk, maka segala perbuatannya akan jahat dan keji, sentiasa cenderung ke arah maksiat mengikut kehendak hati dan hawa nafsu, dan pemikirannya ketika itu pula akan kalah dan sentiasa diketepikan. Oleh itu, hati adalah raja bagi seluruh anggota, manakala anggota-anggotanya yang lain adalah tentera. Anggota-anggota ini sering melakukan sesuatu mengikut kehendak hati.
Andai baik hati maka baiklah dalam pergaulan. Andai sebaliknya, maka kawan dan rakan seringkali menjadi mangsa. Dalam masalah ini Allah s.w.t sentiasa mengingatkan kepada hamba Nya melalui firman Nya dalam al Quran, surah al Syu'ara' 26, ayat 88-89 yang berbunyi:
“Di hari yang tiada bermanfaat apakah harta benda begitu juga anak-anak melainkan siapa yang menghadap Allah dengan hati yang suci murni (iaitu penuh keikhlasan) karena Allah semata-mata.”
Hati yang amat dihargai di sisi Allah ialah hati yang suci bersih dari sebarang maksiat, syubhah, hasad dengki, mengadu domba dan seterusnya perkara perkara yang makruh atau yang dibenci oleh Allah. Sebab itu Rasulullah s.a.w sentiasa berdoa kepada Allah dengan sabdanya:
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon darimu hati yang suci bersih"
Walaupun Rasulullah s.a.w seorang yang maksum, tetapi ia sentiasa berdoa supaya hatinya suci bersih. Hal ini adalah bertujuan sebagai pengajaran kepada umatnya.
Dengan demikian hati yang suci bersih dari sebarang kekejian itu ialah hati yang bersih dari segala penyakit yang dibenci oleh Allah seperti hasad, dengki, dendam, iri hati, cemburu di atas kejayaan orang lain atau merancang sesuatu yang tidak baik bertujuan menganiaya orang lain dan sebagainya.
Seandainya tidak ada perkara perkara yang tersebut di atas, sudah tentu hati itu akan sentiasa kasih kepada Allah dengan melakukan perkara perkara yang diredai oleh Allah dengan rasa ikhlas. Rakan dan taulan juga menyenanginya dalam pergaulan dan Allah sentiasa mengasihinya.
Situasi ini sangat dititikberatkan oleh syariat kerana hati memainkan peranan penting ke arah mengukuhkan keimanan dan memantapkan keyakinan akidah seseorang yang beriman kepada Allah berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w yang berbunyi: ‘Tidak tetap iman seseorang hamba sehinggalah tetap pendirian nya.’
Bagi menentukan ketetapan iman atau sebaliknya dengan herdasarkan segala amalan anggota lahiriah yang berlandaskan niat hati kerana kejujuran amalan itu tidak wujud melainkan terletak pada hati yang ikhlas.
Tetap Pendirian
Istilah tetap pendirian boleh diertikan dengan jati diri dan dalam bahasa Arab disebut istiqaah qulub seperti mana tersebut dalam hadis di atas. Bagi seseorang yang tetap pendiriannya, ia tidak mudah dipengaruhi olch mana mana unsur yang tidak baik atau hasutan jahat yang boleh membawa kemusnahan diri. Apabila disentuh soal keimanan pula, seseorang yang tetap pendirian itu disebut sebagai kuat iman atau wara', yaitu hatinya sentiasa merasa ingat dan patuh kepada suruhan dan perintah Allah dan sentiasa melakukan sesuatu ke arah yang diredai oleh Allah sepanjang hayatnya secara baik dan sabar.
Sebab itulah sekiranya Allah mahu hambanya baik, maka diperelokkan isi hatinya dengan mengenali Allah dan sifatnya serta memahami segala ilmu agama dan hikmah keagungan ilmu itu sendiri. Manakala jiwanya merasai betapa nikmatnya memahami sesuatu bidang ilmu dengan mendalam dan baik dengan merasai kemanisan ilmu seperti mana ia merasai kemanisan iman. Pepatah Arab ada menyatakan:
‘Kemanisan ilmu bila dikuasai oleh orang yang ada kemanisan iman bagaikan kemanisan tamar yang terhidang di hadapan orang yang sedang berbuka puasa.’
Pepatah ini menggambarkan perwatakan orang yang beriman dan berilmu apabila disertai dengan kesabaran terasa senang dan tenang serta sejuk setiap mata yang memandang.
Itulah peranan hati dalam kehidupan. Hati dapat mencorak kewibawaan seseorang melalui gerak geri dan perilaku yang disenangi dalam pergaulan harian sama ada di tempat kerja seperti majikan dengan pekerjanya atau sebaliknya ataupun di mana sahaja atau sesiapa yang berdamping dengannya. Sesiapa juga yang ada kaitan dalam melaksanakan sesuatu perbincangan dan tunjuk ajar darinya sering kali tidak mudah melatah dalam memutuskan sesuatu keputusan.
Inilah sikap orang yang tetap pendirian dengan arti kata jati diri yang berlandaskan iman, ilmu, dan akal yang mantap yang dapat merealisasikan keadaan pergaulan yang sempurna dan tenang.
Sebaliknya orang yang mati hati itu tidak mahu mengambil berat soal tuntutan yang disyariatkan oleh Allah dan tidak mahu memahami adab di dalam pergaulan atau hubungan sesama manusia sama ada soal memberi salam atau menerima salam orang lain tidak disampaikan kepada penerima. Begitu juga soal keizinan untuk memasuki ke dalam rumah orang lain, jauh sekali hendak menghormati hak sesama manusia atau berterima kasih kepada orang yang memberi pertolongan kepadanya. Secara tidak langsung balasan buruk baik selepas mati tidak sekali-kali dihiraukan, jauh sekali hendak memikir kebesaran Allah dan keagungan maha pencipta. (Imam Falkhhruddin Al-Razi Al-Shafie 1990, 52-53)
Sebab itu Allah menggambarkan kedudukan mereka dalam al Quran seperti binatang ternakan dalam firman-Nya dalam surah al A'raf, ayat 179:
“Mereka itu seperti binatang ternakan bahkan mereka lebih sesat dari itu.”
Itulah gambaran orang yang mati hati tidak dapat memahami apa maksud segala kejadian Allah, maka ia tidak mampu menghasilkan segala kelebihan yang Allah anugerahkan kepadanya. Akhirnya mereka lengah dan tidak mengambil berat akan segala suruhan Allah.
Hidup mereka dalam kejahilan yang mati dari kesedaran akidah yang menjadi asas kepada agama Islam, sedangkan ia mengaku dirinya adalah Islam. Golongan inilah yang digambarkan hidup mereka sebagai kubur kepada nyawa dan roh mereka sendiri seperti mana yang digambarkan oleh penyair di dalam syairnya dibawah ini.
‘Dalam kejahilan sebelum mati ia merupakan mati kepada si jahil dan jasad mereka sebelum berkubur telah terkubur. Roh mereka telah bersangkar dalam kekejian jasad yang jahil maka bagi mereka tiada harapan sebelum jasad mereka hancur mereka telah hancur.’
Maksud jahil di sini ialah mati hati dan rohani, iaitu jahil untuk mengenali Allah dan segala ilmu yang disyariatkan kepada hambanya untuk mendalami dan beramal dengannya semasa roh dikandung jasad. Kerana ilmu itu dari Allah khusus untuk hamba Nya yang beriman dan ilmu Allah itu merupakan cahaya yang dapat menghidupkan hati dari segala kejahilan. Seandainya seseorang hamba itu menjauhkan diri dari ilmu Allah maka hatinya terus mati, ibarat tanah tanpa hujan tiada tumbuh tumbuhan yang menghiasi di permukaannya. (Ibnu Qaim Al-Juziah 691-751H. 273-276 ms.)
Lantaran itulah Lukmanul hakim telah menasihati anaknya dengan katanya:
‘Wahai anakku, duduklah bersama sama ulama dan berbincanglah bersama mereka dengan penuh dedikasi, maka sesungguhnya Allah akan menghidupkan segala isi hati hambanya dengan cahaya hikmah ilmu-Nya seperti mana menyubur bumi dengan titisan hujan’.
Demikian juga Muaz bin Jabal pernah menegaskan: "Tuntut olehmu akan ilmu sesungguhnya menuntut ilmu kerana Allah akan menjadikan kamu takut kepada-Nya. Menuntut ilmu adalah ibadat, mengingati ilmu merupakan tasbih, membincangnya pula adalah jihad dan sekiranya kamu ajar kepada orang yang tidak mengetahui adalah sedekah. Manakala menghabiskan masa dengan ahli ilmu merupakan pendekatan diri kepada Allah dan ilmulah yang memberi pengetahuan terhadap kamu soal halal haram, makruh atau syubhah yang akan terpelihara diri kamu dari api neraka".
Oleh itu, sentiasalah dekati dengan ilmu kerana ia menyegarkan hati dan rohani yang telah terkulai layu. Sekiranya kita patuhi segala kehendak ilmu pengetahuan yang kita ketahui ia akan menerangi jalan kebahagiaan dunia dan akhirat, kerana ilmu satu satunya yang dapat menjinakkan jiwa yang liar serta menghidupkan hati yang mati.
Dengan demikian hati yang mati ini tiada yang dapat menghidupkannya melainkan ilmu dan iman serta keikhlasan beribadat kepada Allah sahaja. Yang dimaksudkan dengan menghidupkan hati dengan ilmu ialah dengan sentiasa berzikir, istighfar, selawat ke atas Rasulullah, memaafkan kesalahan orang lain, ikhlas, murah hati dan jauh daripada maksiat. Dengan demikian bolehlah dikatakan hati yang hidup.
Kita boleh mengenali hati yang hidup ini kerana ia mempunyai ciri-ciri tertentu, iaitu menunjukkan sikap berhemah tinggi serta sifat-sifat seperti pemaaf, pemurah, tidak meninggi diri atau menunjuk nunjuk, tidak sombong dan tidak mengeluarkan kata-kata yang boleh menyinggung perasaan orang lain.
Di samping itu, apabila dilihat kepadanya, maka akan nampaklah ciri-ciri keimanan seperti khusyuk, lemah lembut, sabar mendengar dan menerima pendapat orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri serta bersimpati dengan orang yang kurang bernasib baik dan bersifat tolong menolong, dan bertimbang rasa. Inilah gambaran orang yang hatinya tidak mati.
Manakala hati yang mati amat ditakuti oleh setiap insan yang beriman. Bagi orang yang beriman, mereka tidak takut mati apabila sampai ajalnya kerana bekalan sudah sempurna, tetapi yang amat ditakuti ialah sekiranya mati hati. Ini kerana mati hati menjadikan jasad hidup dalam keadaan hina disebabkan nafsu tidak berpandukan akal.
Ketika itu kedudukan jasad tidak berguna lagi sama ada di sisi Allah atau pada pandangan masyarakat. Oleh yang demikian, hati yang mati adalah pembunuh jiwa yang sihat, manakala jiwa yang sihat berpunca dari hati yang hidup bernafaskan iman. Lantaran itu hati memainkan peranan yang sangat penting ke arah jiwa yang baik dan tenang serta sanggup memikul segala cabaran yang mendatang, ibarat bunga yang segar mengeluarkan keharuman yang menyegar setiap individu dan masyarakat yang mendampinginya.
Sebaliknya hati yang mati tiada keharuman jiwa, ibarat bunga yang busuk sentiasa mengeluarkan bauan yang tidak menyenangkan orang lain. Dengan kata lain, orang yang mati hati tidak hertimbang rasa terhadap orang yang kurang bernasib baik. (Abi Hamid Muhammad M Gazali, 1989. 149)
PERANAN HATI....
Hati merupakan asas yang sangat penting dan tersembunyi dalam diri setiap insan. la memainkan peranan yang sangat bermakna dalam kehidupan seharian. Rasulullah s.a.w. menyatakan soal hati seperti berikut:
"Ketahuilah kamu di dalam badan manusia terdapat segumpal darah. Apabila baik maka baiklah keseluruhan segala perbuatannya dan apabila buruk maka buruklah keseluruhan tingkah lakunya. Ketahuilah kamu bahwa ia adalah hati"
Berdasarkan hadis di atas bahawa kebaikan manusia atau keburukannya datang dari hati, kerana hati adalah pengarah bagi pancaindera yang lahir. Jika hatinya baik maka baiklah segala perbuatannya serta rasa senang setiap rekan taulan mendekatinya dalam pergaulan.
Andai hatinya buruk dan busuk, maka segala perbuatannya akan jahat dan keji, sentiasa cenderung ke arah maksiat mengikut kehendak hati dan hawa nafsu, dan pemikirannya ketika itu pula akan kalah dan sentiasa diketepikan. Oleh itu, hati adalah raja bagi seluruh anggota, manakala anggota-anggotanya yang lain adalah tentera. Anggota-anggota ini sering melakukan sesuatu mengikut kehendak hati.
Andai baik hati maka baiklah dalam pergaulan. Andai sebaliknya, maka kawan dan rakan seringkali menjadi mangsa. Dalam masalah ini Allah s.w.t sentiasa mengingatkan kepada hamba Nya melalui firman Nya dalam al Quran, surah al Syu'ara' 26, ayat 88-89 yang berbunyi:
“Di hari yang tiada bermanfaat apakah harta benda begitu juga anak-anak melainkan siapa yang menghadap Allah dengan hati yang suci murni (iaitu penuh keikhlasan) karena Allah semata-mata.”
Hati yang amat dihargai di sisi Allah ialah hati yang suci bersih dari sebarang maksiat, syubhah, hasad dengki, mengadu domba dan seterusnya perkara perkara yang makruh atau yang dibenci oleh Allah. Sebab itu Rasulullah s.a.w sentiasa berdoa kepada Allah dengan sabdanya:
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon darimu hati yang suci bersih"
Walaupun Rasulullah s.a.w seorang yang maksum, tetapi ia sentiasa berdoa supaya hatinya suci bersih. Hal ini adalah bertujuan sebagai pengajaran kepada umatnya.
Dengan demikian hati yang suci bersih dari sebarang kekejian itu ialah hati yang bersih dari segala penyakit yang dibenci oleh Allah seperti hasad, dengki, dendam, iri hati, cemburu di atas kejayaan orang lain atau merancang sesuatu yang tidak baik bertujuan menganiaya orang lain dan sebagainya.
Seandainya tidak ada perkara perkara yang tersebut di atas, sudah tentu hati itu akan sentiasa kasih kepada Allah dengan melakukan perkara perkara yang diredai oleh Allah dengan rasa ikhlas. Rakan dan taulan juga menyenanginya dalam pergaulan dan Allah sentiasa mengasihinya.
Situasi ini sangat dititikberatkan oleh syariat kerana hati memainkan peranan penting ke arah mengukuhkan keimanan dan memantapkan keyakinan akidah seseorang yang beriman kepada Allah berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w yang berbunyi: ‘Tidak tetap iman seseorang hamba sehinggalah tetap pendirian nya.’
Bagi menentukan ketetapan iman atau sebaliknya dengan herdasarkan segala amalan anggota lahiriah yang berlandaskan niat hati kerana kejujuran amalan itu tidak wujud melainkan terletak pada hati yang ikhlas.
Tetap Pendirian
Istilah tetap pendirian boleh diertikan dengan jati diri dan dalam bahasa Arab disebut istiqaah qulub seperti mana tersebut dalam hadis di atas. Bagi seseorang yang tetap pendiriannya, ia tidak mudah dipengaruhi olch mana mana unsur yang tidak baik atau hasutan jahat yang boleh membawa kemusnahan diri. Apabila disentuh soal keimanan pula, seseorang yang tetap pendirian itu disebut sebagai kuat iman atau wara', yaitu hatinya sentiasa merasa ingat dan patuh kepada suruhan dan perintah Allah dan sentiasa melakukan sesuatu ke arah yang diredai oleh Allah sepanjang hayatnya secara baik dan sabar.
Sebab itulah sekiranya Allah mahu hambanya baik, maka diperelokkan isi hatinya dengan mengenali Allah dan sifatnya serta memahami segala ilmu agama dan hikmah keagungan ilmu itu sendiri. Manakala jiwanya merasai betapa nikmatnya memahami sesuatu bidang ilmu dengan mendalam dan baik dengan merasai kemanisan ilmu seperti mana ia merasai kemanisan iman. Pepatah Arab ada menyatakan:
‘Kemanisan ilmu bila dikuasai oleh orang yang ada kemanisan iman bagaikan kemanisan tamar yang terhidang di hadapan orang yang sedang berbuka puasa.’
Pepatah ini menggambarkan perwatakan orang yang beriman dan berilmu apabila disertai dengan kesabaran terasa senang dan tenang serta sejuk setiap mata yang memandang.
Itulah peranan hati dalam kehidupan. Hati dapat mencorak kewibawaan seseorang melalui gerak geri dan perilaku yang disenangi dalam pergaulan harian sama ada di tempat kerja seperti majikan dengan pekerjanya atau sebaliknya ataupun di mana sahaja atau sesiapa yang berdamping dengannya. Sesiapa juga yang ada kaitan dalam melaksanakan sesuatu perbincangan dan tunjuk ajar darinya sering kali tidak mudah melatah dalam memutuskan sesuatu keputusan.
Inilah sikap orang yang tetap pendirian dengan arti kata jati diri yang berlandaskan iman, ilmu, dan akal yang mantap yang dapat merealisasikan keadaan pergaulan yang sempurna dan tenang.
Sebaliknya orang yang mati hati itu tidak mahu mengambil berat soal tuntutan yang disyariatkan oleh Allah dan tidak mahu memahami adab di dalam pergaulan atau hubungan sesama manusia sama ada soal memberi salam atau menerima salam orang lain tidak disampaikan kepada penerima. Begitu juga soal keizinan untuk memasuki ke dalam rumah orang lain, jauh sekali hendak menghormati hak sesama manusia atau berterima kasih kepada orang yang memberi pertolongan kepadanya. Secara tidak langsung balasan buruk baik selepas mati tidak sekali-kali dihiraukan, jauh sekali hendak memikir kebesaran Allah dan keagungan maha pencipta. (Imam Falkhhruddin Al-Razi Al-Shafie 1990, 52-53)
Sebab itu Allah menggambarkan kedudukan mereka dalam al Quran seperti binatang ternakan dalam firman-Nya dalam surah al A'raf, ayat 179:
“Mereka itu seperti binatang ternakan bahkan mereka lebih sesat dari itu.”
Itulah gambaran orang yang mati hati tidak dapat memahami apa maksud segala kejadian Allah, maka ia tidak mampu menghasilkan segala kelebihan yang Allah anugerahkan kepadanya. Akhirnya mereka lengah dan tidak mengambil berat akan segala suruhan Allah.
Hidup mereka dalam kejahilan yang mati dari kesedaran akidah yang menjadi asas kepada agama Islam, sedangkan ia mengaku dirinya adalah Islam. Golongan inilah yang digambarkan hidup mereka sebagai kubur kepada nyawa dan roh mereka sendiri seperti mana yang digambarkan oleh penyair di dalam syairnya dibawah ini.
‘Dalam kejahilan sebelum mati ia merupakan mati kepada si jahil dan jasad mereka sebelum berkubur telah terkubur. Roh mereka telah bersangkar dalam kekejian jasad yang jahil maka bagi mereka tiada harapan sebelum jasad mereka hancur mereka telah hancur.’
Maksud jahil di sini ialah mati hati dan rohani, iaitu jahil untuk mengenali Allah dan segala ilmu yang disyariatkan kepada hambanya untuk mendalami dan beramal dengannya semasa roh dikandung jasad. Kerana ilmu itu dari Allah khusus untuk hamba Nya yang beriman dan ilmu Allah itu merupakan cahaya yang dapat menghidupkan hati dari segala kejahilan. Seandainya seseorang hamba itu menjauhkan diri dari ilmu Allah maka hatinya terus mati, ibarat tanah tanpa hujan tiada tumbuh tumbuhan yang menghiasi di permukaannya. (Ibnu Qaim Al-Juziah 691-751H. 273-276 ms.)
Lantaran itulah Lukmanul hakim telah menasihati anaknya dengan katanya:
‘Wahai anakku, duduklah bersama sama ulama dan berbincanglah bersama mereka dengan penuh dedikasi, maka sesungguhnya Allah akan menghidupkan segala isi hati hambanya dengan cahaya hikmah ilmu-Nya seperti mana menyubur bumi dengan titisan hujan’.
Demikian juga Muaz bin Jabal pernah menegaskan: "Tuntut olehmu akan ilmu sesungguhnya menuntut ilmu kerana Allah akan menjadikan kamu takut kepada-Nya. Menuntut ilmu adalah ibadat, mengingati ilmu merupakan tasbih, membincangnya pula adalah jihad dan sekiranya kamu ajar kepada orang yang tidak mengetahui adalah sedekah. Manakala menghabiskan masa dengan ahli ilmu merupakan pendekatan diri kepada Allah dan ilmulah yang memberi pengetahuan terhadap kamu soal halal haram, makruh atau syubhah yang akan terpelihara diri kamu dari api neraka".
Oleh itu, sentiasalah dekati dengan ilmu kerana ia menyegarkan hati dan rohani yang telah terkulai layu. Sekiranya kita patuhi segala kehendak ilmu pengetahuan yang kita ketahui ia akan menerangi jalan kebahagiaan dunia dan akhirat, kerana ilmu satu satunya yang dapat menjinakkan jiwa yang liar serta menghidupkan hati yang mati.
Dengan demikian hati yang mati ini tiada yang dapat menghidupkannya melainkan ilmu dan iman serta keikhlasan beribadat kepada Allah sahaja. Yang dimaksudkan dengan menghidupkan hati dengan ilmu ialah dengan sentiasa berzikir, istighfar, selawat ke atas Rasulullah, memaafkan kesalahan orang lain, ikhlas, murah hati dan jauh daripada maksiat. Dengan demikian bolehlah dikatakan hati yang hidup.
Kita boleh mengenali hati yang hidup ini kerana ia mempunyai ciri-ciri tertentu, iaitu menunjukkan sikap berhemah tinggi serta sifat-sifat seperti pemaaf, pemurah, tidak meninggi diri atau menunjuk nunjuk, tidak sombong dan tidak mengeluarkan kata-kata yang boleh menyinggung perasaan orang lain.
Di samping itu, apabila dilihat kepadanya, maka akan nampaklah ciri-ciri keimanan seperti khusyuk, lemah lembut, sabar mendengar dan menerima pendapat orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri serta bersimpati dengan orang yang kurang bernasib baik dan bersifat tolong menolong, dan bertimbang rasa. Inilah gambaran orang yang hatinya tidak mati.
Manakala hati yang mati amat ditakuti oleh setiap insan yang beriman. Bagi orang yang beriman, mereka tidak takut mati apabila sampai ajalnya kerana bekalan sudah sempurna, tetapi yang amat ditakuti ialah sekiranya mati hati. Ini kerana mati hati menjadikan jasad hidup dalam keadaan hina disebabkan nafsu tidak berpandukan akal.
Ketika itu kedudukan jasad tidak berguna lagi sama ada di sisi Allah atau pada pandangan masyarakat. Oleh yang demikian, hati yang mati adalah pembunuh jiwa yang sihat, manakala jiwa yang sihat berpunca dari hati yang hidup bernafaskan iman. Lantaran itu hati memainkan peranan yang sangat penting ke arah jiwa yang baik dan tenang serta sanggup memikul segala cabaran yang mendatang, ibarat bunga yang segar mengeluarkan keharuman yang menyegar setiap individu dan masyarakat yang mendampinginya.
Sebaliknya hati yang mati tiada keharuman jiwa, ibarat bunga yang busuk sentiasa mengeluarkan bauan yang tidak menyenangkan orang lain. Dengan kata lain, orang yang mati hati tidak hertimbang rasa terhadap orang yang kurang bernasib baik. (Abi Hamid Muhammad M Gazali, 1989. 149)
hati... jaga la hati....
~~Kewajiban Menjaga Hati Dan Cara Mengubatinya~~~
Menurut Imam Al-Ghazali, kewajiban ke atas manusia yang waras ialah menjaga dan memperbaiki niat hatinya serta menjauhkan segala anggapan dan sangkaan buruk kepada saudaranya ketika bergaul sesama rekan. Kewajiban inilah yang dituntut oleh syariat kepada semua mukallaf supaya menjaga hati mereka untuk menjadi insan yang kamil dan sempurna dunia dan akhirat.
Hati merupakan anggota yang paling berbahaya, dan sesiapa yang mempunyai hati yang sakit dan mati, maka ia akan memberi kesan yang sangat buruk terhadap permasalahan yang sukar untuk diperbaiki. Oleh yang demikian Imam Al-Ghazali menggariskan beberapa asas sebagai panduan menjaga dan mengubati hati.
Asas pertama: Firman Allah dalam surah al-Ghafir, ayat 19 berbunyi:
“Allah mengetahui segala pengkhianatan yang bermula dari mata dan apa yang tersembunyi di dada setiap hamba.”
Dalil di atas dapat difahamkan jika seseorang berhasrat atau terlintas di hatinya hendak menghasut, prasangka, atau melakukan niat jahat, maka ingatlah bahawa Allah amat mengetahui setiap rahsia yang terdetik di dada hambanya melalui dalil al-Quran yang terdapat dalam surah al Maidah, ayat 7:
“Sesungguhnya Allah mengetahui akan segala isi hati yang tersemat di dada hambanya.”
Berdasarkan ayat di atas, Allah memperkuatkan lagi keyakinan hamba-Nya dengan firman-Nya dalam surah al-Ahzab, ayat 51:
“Dan Allah amat mengetahui setiap apa yang terkandung di dalam hati kamu.”
Lantaran itu beberapa kali Allah menyebut dalam al Quran dengan kalimah “Amat mengetahui segala isi hati hamba-Nya” dengan tujuan supaya setiap hamba mengetahui segala ilmu Allah dan taat kepadaNya bagi mengingati dan berhati-hati supaya tidak dilakukan perbuatan yang dilarang secara sengaja atausebaliknya.
Allah memberikan peringatan itu kerana manusia sering melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah dengan mengikut hawa nafsu dan kehendak hati yang amat sukar untuk dihindarkan sedangkan Allah amat mengetahui zahir dan batin juga segala niat isi hati yang mengatur segala perilaku hambanya.
Berdasarkan demikian Imam Al-Ghazali telah memberi satu pesanan dengan katanya: "Lihat olehmu akan apa yang kamu mengetahui dari segala hatimu". Maksudnya renunglah segala apa yang mendatangkan kebaikan dari segala kerja hati yang terdiri dari keinginan hati, cita cita, hasrat dan tujuan. Sekiranya baik teruskanlah, andai sebaliknya hentikan dengan segera.
Asas kedua: Sabda Rasulullah s.a.w. : ‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa paras kamu dan tidak kepada tubuh badan kamu, dan sesungguhnya Allah tetap melihat kepada hati kamu dan segala amalan kamu yang berlandaskan keikhlasan hati.’
Di sini menunjukkan ketetapan hati yang ikhlas merupakan tempat utama yang difokuskan olch Allah swt untuk diberi ganjaran. Tetapi alangkah pelik dan hairan sekali manusia melakukan sesuatu sering kali terlupa kepada Allah tetapi yang diingat ialah untuk mendapat pujian dan sanjungan serta penghormatan sesama manusia. Inilah yang menjadi ukuran dalarn pengorbanan seharian tanpa keikhlasan yang sebenar. (Imam Abi Abdul Rahman Al-Sulma. 330 412H, ms 10)
Asas ketiga: Hati merupakan ketua kepada anggota manakala anggota anggota lain adalah ikutan kepada hati, jika elok isi hati maka tetaplah pendiriannya serta eloklah perilaku anggota anggota lain yang sernuanya mengikut kehendak hati.
Sabda Rasulullah s.a.w. di dalam hadis yang berbunyi:
‘Sesungguhnya di dalam jasad manusia didapati segumpal darah, apabila baik maka baiklah keseluruhan badannya, dan apabila buruk maka buruklah segala keperibadiannya, adakah tidak kamu tahu sesungguhnya itulah hati.’
Berdasarkan ayat ayat di atas dan juga hadis menunjukkan hati mcrupakan anggota yang paling berharga, tempat simpanan segala kemuliaan seorang hamba, asas segala amalan lahir dan batin. Hati adalah ketua segala anggota yang merupakan panduan kepada rohani dan jiwa setiap insan.
Demikianlah peranan hati sangat besar tanggungjawabnya ke arah mengendalikan nilai diri, tatkala kejahilan mematikan hati dan rohani sekalipun badannya hidup dan bergerak di muka bumi.
Jasadnya merupakan kubur bagi hati yang telah mati. Perkara sedemikian dapat dielakkan sekiranya kita belajar dan mengetahui akan segala ilmu Allah yang, disyariatkan kepada kita. Ilmu Allah ini dapat menjadi permangkin keimanan dan penawar. Untuk menghidupkan hati yang telah mati, kita hendaklah melakukan ibadat, berakhlak mulia sesama manusia dan bersangka baik.
Sekian, wassalam.
Menurut Imam Al-Ghazali, kewajiban ke atas manusia yang waras ialah menjaga dan memperbaiki niat hatinya serta menjauhkan segala anggapan dan sangkaan buruk kepada saudaranya ketika bergaul sesama rekan. Kewajiban inilah yang dituntut oleh syariat kepada semua mukallaf supaya menjaga hati mereka untuk menjadi insan yang kamil dan sempurna dunia dan akhirat.
Hati merupakan anggota yang paling berbahaya, dan sesiapa yang mempunyai hati yang sakit dan mati, maka ia akan memberi kesan yang sangat buruk terhadap permasalahan yang sukar untuk diperbaiki. Oleh yang demikian Imam Al-Ghazali menggariskan beberapa asas sebagai panduan menjaga dan mengubati hati.
Asas pertama: Firman Allah dalam surah al-Ghafir, ayat 19 berbunyi:
“Allah mengetahui segala pengkhianatan yang bermula dari mata dan apa yang tersembunyi di dada setiap hamba.”
Dalil di atas dapat difahamkan jika seseorang berhasrat atau terlintas di hatinya hendak menghasut, prasangka, atau melakukan niat jahat, maka ingatlah bahawa Allah amat mengetahui setiap rahsia yang terdetik di dada hambanya melalui dalil al-Quran yang terdapat dalam surah al Maidah, ayat 7:
“Sesungguhnya Allah mengetahui akan segala isi hati yang tersemat di dada hambanya.”
Berdasarkan ayat di atas, Allah memperkuatkan lagi keyakinan hamba-Nya dengan firman-Nya dalam surah al-Ahzab, ayat 51:
“Dan Allah amat mengetahui setiap apa yang terkandung di dalam hati kamu.”
Lantaran itu beberapa kali Allah menyebut dalam al Quran dengan kalimah “Amat mengetahui segala isi hati hamba-Nya” dengan tujuan supaya setiap hamba mengetahui segala ilmu Allah dan taat kepadaNya bagi mengingati dan berhati-hati supaya tidak dilakukan perbuatan yang dilarang secara sengaja atausebaliknya.
Allah memberikan peringatan itu kerana manusia sering melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah dengan mengikut hawa nafsu dan kehendak hati yang amat sukar untuk dihindarkan sedangkan Allah amat mengetahui zahir dan batin juga segala niat isi hati yang mengatur segala perilaku hambanya.
Berdasarkan demikian Imam Al-Ghazali telah memberi satu pesanan dengan katanya: "Lihat olehmu akan apa yang kamu mengetahui dari segala hatimu". Maksudnya renunglah segala apa yang mendatangkan kebaikan dari segala kerja hati yang terdiri dari keinginan hati, cita cita, hasrat dan tujuan. Sekiranya baik teruskanlah, andai sebaliknya hentikan dengan segera.
Asas kedua: Sabda Rasulullah s.a.w. : ‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa paras kamu dan tidak kepada tubuh badan kamu, dan sesungguhnya Allah tetap melihat kepada hati kamu dan segala amalan kamu yang berlandaskan keikhlasan hati.’
Di sini menunjukkan ketetapan hati yang ikhlas merupakan tempat utama yang difokuskan olch Allah swt untuk diberi ganjaran. Tetapi alangkah pelik dan hairan sekali manusia melakukan sesuatu sering kali terlupa kepada Allah tetapi yang diingat ialah untuk mendapat pujian dan sanjungan serta penghormatan sesama manusia. Inilah yang menjadi ukuran dalarn pengorbanan seharian tanpa keikhlasan yang sebenar. (Imam Abi Abdul Rahman Al-Sulma. 330 412H, ms 10)
Asas ketiga: Hati merupakan ketua kepada anggota manakala anggota anggota lain adalah ikutan kepada hati, jika elok isi hati maka tetaplah pendiriannya serta eloklah perilaku anggota anggota lain yang sernuanya mengikut kehendak hati.
Sabda Rasulullah s.a.w. di dalam hadis yang berbunyi:
‘Sesungguhnya di dalam jasad manusia didapati segumpal darah, apabila baik maka baiklah keseluruhan badannya, dan apabila buruk maka buruklah segala keperibadiannya, adakah tidak kamu tahu sesungguhnya itulah hati.’
Berdasarkan ayat ayat di atas dan juga hadis menunjukkan hati mcrupakan anggota yang paling berharga, tempat simpanan segala kemuliaan seorang hamba, asas segala amalan lahir dan batin. Hati adalah ketua segala anggota yang merupakan panduan kepada rohani dan jiwa setiap insan.
Demikianlah peranan hati sangat besar tanggungjawabnya ke arah mengendalikan nilai diri, tatkala kejahilan mematikan hati dan rohani sekalipun badannya hidup dan bergerak di muka bumi.
Jasadnya merupakan kubur bagi hati yang telah mati. Perkara sedemikian dapat dielakkan sekiranya kita belajar dan mengetahui akan segala ilmu Allah yang, disyariatkan kepada kita. Ilmu Allah ini dapat menjadi permangkin keimanan dan penawar. Untuk menghidupkan hati yang telah mati, kita hendaklah melakukan ibadat, berakhlak mulia sesama manusia dan bersangka baik.
Sekian, wassalam.
indah nya islam
Dengan Nama Allah Maha Pemurah Maha Penyayang
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Kesejahteraan untuk kamu dengan limpah rahmat Allah dan berkat kuniaan-Nya
Pujian hanya milik ALLAH,
MUSLIM MU’KMIN & Umat Manusia,
AL-QURAN (Perintah Suruhan ALLAH dan Perintah Larangan ALLAH) merupakan Perlembagaan kehidupan diri dan Wajib disampaikan kepada umat manusia.
Sunnah (Keperibadian Tingkah Bicara Laku Nabi Muhammad Rasulullah PBUH) merupakan kehidupan contoh dan kelangsungan kehidupan diri melaksanakan Perintah ALLAH.
ISLAM, IMAN, IHSAN ditujukan untuk Umat Manusia mengakui "Tiada Tuhan Melainkan ALLAH".
ISLAM, IMAN, IHSAN diwartakan di Dunia untuk Umat Manusia menuju kehidupan berkekalan (NIKMAT Kebahagiaan atau AZAB Kesengsaraan) di Akhirat.
ISLAM, IMAN, IHSAN diperlukan untuk memandu keharmonian umat manusia selamanya.
MUSLIM MU'KMIN,
Dengan izin ALLAH,
Kita WAJIB menyampaikan kebenaran dengan kesabaran.
Kita WAJIB menyeru perkara yang HAQ dan memperbaiki diri terhadap yang BATHIL.
Kita WAJIB mengingati diri bahawa:
Hidayah, Petunjuk, Penjelasan, Pemahaman Umat Manusia adalah Hak Ketentuan ALLAH.
Kita WAJIB mencegah kehidupan diri dari perbuatan, perucapan, pernyataan, perlakuan yang saling berkaitan Fitnah, Adu-Domba, Maksiat, Kufur, Fasik, Syirik.
MUSLIM MU’KMIN,
Dengan izin ALLAH,
Nabi Muhammad Rasulullah PBUH menyeru Umat Manusia “Tiada Tuhan Melainkan ALLAH” tanpa imbalan.
Nabi Muhammad Rasulullah PBUH menyampaikan ISLAM, IMAN, IHSAN kepada Umat Manusia tanpa balasan.
Fikir dan Usaha Nabi Muhammad Rasulullah PBUH sentiasa mengharap Redho ALLAH dan menuruti AL-QURAN.
Dengan izin ALLAH,
Kita diperintahkan bermuafakat sesama manusia.
Kita diperintahkan berkenal-kenal sesama manusia.
Kita diperintahkan bersatu dalam perhubungan sesama manusia.
MUSLIM MU’KMIN dan Umat Manusia,
Dengan izin ALLAH,
Antara Aspek Ikhtilaf kita ialah:
Politik, Ekonomi, Hak Keistimewaan Bangsa, Teknologi, Pertahanan Negara, Keamanan Negara, Perundangan, Kehakiman DLL.
Ikhtilaf Politik merupakan aspek yang berjaya dimanipulasi oleh Umat Manusia (Kuffar, Syirik, Fasik, Nifak).
MUSLIM MU’KMIN,
Dengan izin ALLAH,
Marilah kita islah diri untuk kembali berikhtilaf berlandaskan AL-QURAN dan mencontohi Sunnah.
Kita WAJIB bersatu berikhtilaf berlandaskan AL-QURAN dan mencontohi Sunnah.
Kita WAJIB bersatu menyampaikan Aspek Ikhtilaf yang ISLAM, IMAN, IHSAN kepada Umat Manusia.
ALLAH mengetahui segalanya
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Kesejahteraan untuk kamu dengan limpah rahmat Allah dan berkat kuniaan-Nya
Pujian hanya milik ALLAH,
MUSLIM MU’KMIN & Umat Manusia,
AL-QURAN (Perintah Suruhan ALLAH dan Perintah Larangan ALLAH) merupakan Perlembagaan kehidupan diri dan Wajib disampaikan kepada umat manusia.
Sunnah (Keperibadian Tingkah Bicara Laku Nabi Muhammad Rasulullah PBUH) merupakan kehidupan contoh dan kelangsungan kehidupan diri melaksanakan Perintah ALLAH.
ISLAM, IMAN, IHSAN ditujukan untuk Umat Manusia mengakui "Tiada Tuhan Melainkan ALLAH".
ISLAM, IMAN, IHSAN diwartakan di Dunia untuk Umat Manusia menuju kehidupan berkekalan (NIKMAT Kebahagiaan atau AZAB Kesengsaraan) di Akhirat.
ISLAM, IMAN, IHSAN diperlukan untuk memandu keharmonian umat manusia selamanya.
MUSLIM MU'KMIN,
Dengan izin ALLAH,
Kita WAJIB menyampaikan kebenaran dengan kesabaran.
Kita WAJIB menyeru perkara yang HAQ dan memperbaiki diri terhadap yang BATHIL.
Kita WAJIB mengingati diri bahawa:
Hidayah, Petunjuk, Penjelasan, Pemahaman Umat Manusia adalah Hak Ketentuan ALLAH.
Kita WAJIB mencegah kehidupan diri dari perbuatan, perucapan, pernyataan, perlakuan yang saling berkaitan Fitnah, Adu-Domba, Maksiat, Kufur, Fasik, Syirik.
MUSLIM MU’KMIN,
Dengan izin ALLAH,
Nabi Muhammad Rasulullah PBUH menyeru Umat Manusia “Tiada Tuhan Melainkan ALLAH” tanpa imbalan.
Nabi Muhammad Rasulullah PBUH menyampaikan ISLAM, IMAN, IHSAN kepada Umat Manusia tanpa balasan.
Fikir dan Usaha Nabi Muhammad Rasulullah PBUH sentiasa mengharap Redho ALLAH dan menuruti AL-QURAN.
Dengan izin ALLAH,
Kita diperintahkan bermuafakat sesama manusia.
Kita diperintahkan berkenal-kenal sesama manusia.
Kita diperintahkan bersatu dalam perhubungan sesama manusia.
MUSLIM MU’KMIN dan Umat Manusia,
Dengan izin ALLAH,
Antara Aspek Ikhtilaf kita ialah:
Politik, Ekonomi, Hak Keistimewaan Bangsa, Teknologi, Pertahanan Negara, Keamanan Negara, Perundangan, Kehakiman DLL.
Ikhtilaf Politik merupakan aspek yang berjaya dimanipulasi oleh Umat Manusia (Kuffar, Syirik, Fasik, Nifak).
MUSLIM MU’KMIN,
Dengan izin ALLAH,
Marilah kita islah diri untuk kembali berikhtilaf berlandaskan AL-QURAN dan mencontohi Sunnah.
Kita WAJIB bersatu berikhtilaf berlandaskan AL-QURAN dan mencontohi Sunnah.
Kita WAJIB bersatu menyampaikan Aspek Ikhtilaf yang ISLAM, IMAN, IHSAN kepada Umat Manusia.
ALLAH mengetahui segalanya
peringatan bersama
JANGAN GUNAKAN PERKATAAN "SALAM"
بِسْــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَلسَّلاَمُ عَ...لَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
SIAPA YANG MENGGUNAKAN PERKATAAN "SALAM"? apakah maksud disebaliknya??
Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah:"Salam (selamat tinggal)".
Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yangburuk). (QS. 43:89)
baik gunakan,,,ASSALAMUALAIKUM atau ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAH HIWABARAKATUH...
Ilmu utk dikongsi bersama. Sekadar peringatan untuk semua rakan-rakan muslim yang lain.
Pagi semalam saya dengar radio ikim (91.50 fm). Ustaz Zawawi ada cerita tentang sunnah Rasulallah s.a.w. Antara yang dibincangkannya ialah tentang bab cara memberi salam.
Menurut ustaz Zawawi Yusof, Baginda SAW memberi salam dengan lafaz“Assalamualaikum” dan menjawab salam dari para sahabat baginda dengan salam yang lengkap iaitu “Waalaikumussalam warahmatulallahhi wabarakatuh”
Ringkasnya, baginda SAW akan ;Beri salam dengan ucapan - “Assalamualaikum”
dan…Jawab salam - “Waalaikumussalam warahmatulallahi wabarakatuh”
Lagi satu, perlu diingatkan juga semasa menjawab salam,
saya dengar ramai orang jawab salam dengan ucapan yang tidak tepat.
Jawab salam yang betul ialah ;
“WAALAI KUMUS SALAM”dan bukannya yang selalu saya dengar iaitu ;
“WAALAI KUM SALAM”
Apabila kita ingin berkirim salam pada orang lain, hendaklah kita berkata
“Kirim salam, assalamualaikum pada ASHREE ye” contoh lerr…
Dan bukannya : “Kirim salam kat ASHREE yer”
Dan jangan pula memandai-mandai tambah perkataan seperti ” Ko tolong kirim salam maut kat dia yer“.
Statement ini walaupun dalam nada bergurau, tapi ia adalah menyalahi syariat dan berdosa, walaupun sekadar gurauan!
Selain itu, janganlah kita menggantikan perkataan “Assalamualaikum” dengan“A’kum” dalam sms atau apa sekalipun melalui tulisan.
Jika perkataan “Assalamualaikum” itu panjang, maka hendaklah kita ganti dengan perkataan “As Salam” yang membawa maksud sama dengan “Assalamualaikum”.
Sesama lah kita memberitahu member-member yang selalu sangat guna shortform“A’kum” dalam sms ataupun email. Perkataan ‘AKUM‘ adalah gelaran untuk orang-orang Yahudi untuk orang-orang bukan yahudi yang bermaksud‘BINATANG‘ dalam Bahasa Ibrani.
Ia singkatan daripada perkataan ‘Avde Kokhavim U Mazzalot’ yang bermaksud ‘HAMBA-HAMBA BINATANG DAN ORANG-ORANG SESAT‘.
Jadi, mulai sekarang jika ada orang hantar shortform “A’kum“, kita ingatkan dia guna “As Salam” kerana salam ialah dari perkataan “Assalamualaikum“.
* Jangan guna “Bye” kerana“Bye” adalah jarum sulit Kristian yang bermaksud “Di Bawah Naungan Pope.”
* Jangan guna “A’kum” kerana“A’kum” bermaksud “Binatang” dalam bahasa Yahudi.
* Jangan guna “Semekom” kerana“Semekom”bermaksud “Celaka Kamu.”Gunakan perkataan “ As Salam” sebagai singkatan bagi“Assalammualaikum.”
Tolong tag kepada umat Islam yang lain , untuk elakkan diri daripada membuat dosa..
Sekian, semoga ada manfaatnya
بِسْــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَلسَّلاَمُ عَ...لَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
SIAPA YANG MENGGUNAKAN PERKATAAN "SALAM"? apakah maksud disebaliknya??
Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah:"Salam (selamat tinggal)".
Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yangburuk). (QS. 43:89)
baik gunakan,,,ASSALAMUALAIKUM atau ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAH HIWABARAKATUH...
Ilmu utk dikongsi bersama. Sekadar peringatan untuk semua rakan-rakan muslim yang lain.
Pagi semalam saya dengar radio ikim (91.50 fm). Ustaz Zawawi ada cerita tentang sunnah Rasulallah s.a.w. Antara yang dibincangkannya ialah tentang bab cara memberi salam.
Menurut ustaz Zawawi Yusof, Baginda SAW memberi salam dengan lafaz“Assalamualaikum” dan menjawab salam dari para sahabat baginda dengan salam yang lengkap iaitu “Waalaikumussalam warahmatulallahhi wabarakatuh”
Ringkasnya, baginda SAW akan ;Beri salam dengan ucapan - “Assalamualaikum”
dan…Jawab salam - “Waalaikumussalam warahmatulallahi wabarakatuh”
Lagi satu, perlu diingatkan juga semasa menjawab salam,
saya dengar ramai orang jawab salam dengan ucapan yang tidak tepat.
Jawab salam yang betul ialah ;
“WAALAI KUMUS SALAM”dan bukannya yang selalu saya dengar iaitu ;
“WAALAI KUM SALAM”
Apabila kita ingin berkirim salam pada orang lain, hendaklah kita berkata
“Kirim salam, assalamualaikum pada ASHREE ye” contoh lerr…
Dan bukannya : “Kirim salam kat ASHREE yer”
Dan jangan pula memandai-mandai tambah perkataan seperti ” Ko tolong kirim salam maut kat dia yer“.
Statement ini walaupun dalam nada bergurau, tapi ia adalah menyalahi syariat dan berdosa, walaupun sekadar gurauan!
Selain itu, janganlah kita menggantikan perkataan “Assalamualaikum” dengan“A’kum” dalam sms atau apa sekalipun melalui tulisan.
Jika perkataan “Assalamualaikum” itu panjang, maka hendaklah kita ganti dengan perkataan “As Salam” yang membawa maksud sama dengan “Assalamualaikum”.
Sesama lah kita memberitahu member-member yang selalu sangat guna shortform“A’kum” dalam sms ataupun email. Perkataan ‘AKUM‘ adalah gelaran untuk orang-orang Yahudi untuk orang-orang bukan yahudi yang bermaksud‘BINATANG‘ dalam Bahasa Ibrani.
Ia singkatan daripada perkataan ‘Avde Kokhavim U Mazzalot’ yang bermaksud ‘HAMBA-HAMBA BINATANG DAN ORANG-ORANG SESAT‘.
Jadi, mulai sekarang jika ada orang hantar shortform “A’kum“, kita ingatkan dia guna “As Salam” kerana salam ialah dari perkataan “Assalamualaikum“.
* Jangan guna “Bye” kerana“Bye” adalah jarum sulit Kristian yang bermaksud “Di Bawah Naungan Pope.”
* Jangan guna “A’kum” kerana“A’kum” bermaksud “Binatang” dalam bahasa Yahudi.
* Jangan guna “Semekom” kerana“Semekom”bermaksud “Celaka Kamu.”Gunakan perkataan “ As Salam” sebagai singkatan bagi“Assalammualaikum.”
Tolong tag kepada umat Islam yang lain , untuk elakkan diri daripada membuat dosa..
Sekian, semoga ada manfaatnya
kasih nya seorang ayah
Air Mata Seorang Ayah
Hari ini saya membuka email, hati saya terasa tersentak. Air mata mengalir tak kuasa untuk ditahan. Setiap baris kalimatnya saya baca. Kata-katanya menghunjam dihati bahkan mengoyak kelubuk yang paling dalam. Beliau menuturkan sebagai berikut. 'Mas Agus, putra saya meninggal dunia di usianya 2 tahun. tepat satu hari sebelum hari kelahirannya. Hari Ahad ketika saya libur, seharian kami bermain. Saya, istri dan anak bercanda seolah tiada mengerti apa yang akan terjadi. Badannya panas tiba-tiba, siang itu juga saya membawanya ke dokter. Tidak ada perkembangannya. Malamnya kembali saya membawanya ke Rumah Sakit dan anak saya yang sekecil itu harus diinfusnya dan mendapatkan oksigen. Sampai anak saya koma dan akhirnya tiada. Air mata saya tertumpah. Isak tangis tak bisa saya tahan. Saya memeluknya dan mencium wajahnya. Saya katakan pada, 'Sayang, ayah selalu mencintaimu. Kembalilah padaNya. Ayah ikhlaskan kamu..sayang.'
Dikalimat beliau selanjutnya ada kata-kata yang begitu indah namun terasa sebuah kepedihan dihati yang teramat dalam dan sebuah renungan bagi kita sebagai orang yang beriman, 'Saya yakin Mas Agus Syafii. musibah dengan meninggalnya anak saya ini adalah ladang peningkatan iman dan taqwa saya dan istri saya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Saya selalu ingat hadist Nabi Muhammad yang sering Mas Agus kutip. 'Sungguh menakjubkan orang yang beriman karena segala urusannya adalah baik bagi dirinya. Dalam hal ini tidak akan terdapat melainkan orang yang mukmin. Apabila ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur karena hal itu baik untuknya. Dan apabila tertimpa musibah, ia bersabar karena hal itu baik juga untuknya. (HR. Muslim).
Sungguh hebat beliau seorang ayah yang juga sebagai seorang mukmin mampu melewati semua penderitaan dan kepedihan dihatinya, disetiap tetesan air matanya adalah ladang peningkatan iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Itulah Air mata seorang ayah. Subhanallah.
Hari ini saya membuka email, hati saya terasa tersentak. Air mata mengalir tak kuasa untuk ditahan. Setiap baris kalimatnya saya baca. Kata-katanya menghunjam dihati bahkan mengoyak kelubuk yang paling dalam. Beliau menuturkan sebagai berikut. 'Mas Agus, putra saya meninggal dunia di usianya 2 tahun. tepat satu hari sebelum hari kelahirannya. Hari Ahad ketika saya libur, seharian kami bermain. Saya, istri dan anak bercanda seolah tiada mengerti apa yang akan terjadi. Badannya panas tiba-tiba, siang itu juga saya membawanya ke dokter. Tidak ada perkembangannya. Malamnya kembali saya membawanya ke Rumah Sakit dan anak saya yang sekecil itu harus diinfusnya dan mendapatkan oksigen. Sampai anak saya koma dan akhirnya tiada. Air mata saya tertumpah. Isak tangis tak bisa saya tahan. Saya memeluknya dan mencium wajahnya. Saya katakan pada, 'Sayang, ayah selalu mencintaimu. Kembalilah padaNya. Ayah ikhlaskan kamu..sayang.'
Dikalimat beliau selanjutnya ada kata-kata yang begitu indah namun terasa sebuah kepedihan dihati yang teramat dalam dan sebuah renungan bagi kita sebagai orang yang beriman, 'Saya yakin Mas Agus Syafii. musibah dengan meninggalnya anak saya ini adalah ladang peningkatan iman dan taqwa saya dan istri saya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Saya selalu ingat hadist Nabi Muhammad yang sering Mas Agus kutip. 'Sungguh menakjubkan orang yang beriman karena segala urusannya adalah baik bagi dirinya. Dalam hal ini tidak akan terdapat melainkan orang yang mukmin. Apabila ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur karena hal itu baik untuknya. Dan apabila tertimpa musibah, ia bersabar karena hal itu baik juga untuknya. (HR. Muslim).
Sungguh hebat beliau seorang ayah yang juga sebagai seorang mukmin mampu melewati semua penderitaan dan kepedihan dihatinya, disetiap tetesan air matanya adalah ladang peningkatan iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Itulah Air mata seorang ayah. Subhanallah.
renungan bersama
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Kehidupan yang kita tempuhi pada saat ini merupakan kurniaan Allah S.W.T. yang berharga dan amat tinggi nilainya. Sejajar itu sebagai seorang mukmin hendaklah kita sentiasa kembali mentaati perintah Allah S.W.T., mematuhi suruhan-Nya, menjauhi larangan-Nya, menyerahkan wala' (ketaatan) hanya kepada-Nya dan jadikan agama-Nya sebagai satu-satunya cara hidup yang syamil dan kamil. Bagi memenuhi tuntutan ini, maka hati mestilah diambil berat, dijaga, dikawal, dibentuk, diproses dan dididik sebaik-baiknya.
Hati merupakan bekas yang bersedia menerima apa saja sama ada petunjuk atau kesesatan, futur atau takwa. Maka ia mestilah terlebih dahulu agar ia menjadi sihat dan mulia dengan Islam. Hati yang Rabbani akan setiap masa dan ketika berhubung dengan Allah S.W.T. dan mematuhi titah perintah-Nya. Di antara tanda yang memperlihatkan dan menunjukkan hidupnya hati ialah sentiasa mengingati Allah S.W.T.
Sahabat yang dimuliakan,
Hadis Rasulullah S.A.W. yang bermaksud : "Di dalam jasad itu ada seketul daging, apabila rosak, maka rosaklah badan seluruhnya dan apabila sihat maka sihatlah badan seluruhnya, dia adalah hati."
Untuk melihat dan mengetahui sejauh mana keras atau lembut, kontang atau subur, mati atau hidup hati kita, terdapat beberapa tanda yang menjadi bukti. Antara tanda-tandanya ialah :
Pertama : Sentiasa mengingati Allah S.W.T. dan Zikrullah :
Dalam ertikata yang luas seperti membaca al-Quran, zikir waktu pagi dan petang dan menunaikan ibadah khusus yang lain.
Sayyidina Ali r.a pernah meriwayatkan satu hadis dari Nabi s.a.w yang bermaksud :
"Apabila engkau mendapat sesuatu musibah (kecelakaan) bacalah 'Bismillaahi'rrahmaanirrahiim, wa laa haula walaa quwwata illaa billaahil 'aliyil 'aziim'. Nescaya Allah menjauhkan daripadanya 70 pintu dari segala macam bala, kesusahan dan dukacita."
(Hadis Riwayat Ibnu Sinny dan Addailamy)
Sabda Nabi S.A.W. lagi yang bermaksud :
"Barangsiapa mendatangi (pulang) kerumahnya, maka dibacanya akan surah al-Namd (surah al-Fatihah) dan surah al-Ikhlas, maka menafikan Allah daripadanya fakir dan mendapat ia kebajikan yang banyak di tempat itu."
Rasulullah S.A.W. bersabda maksudnya :
“Semaikanlah perasaan takwa kepada Allah kerana ia adalah sumber bagi segala amalan-amalan baik. Aku meminta supaya baginda menambah lagi. Tetapkanlah membaca Al-Quran kerana ia adalah nur untuk kehdupan ini dan bekalan untuk hari akhirat.”
Kedua : Kuat berpegang kepada Deen Islam.
Menyampaikan kebenaran didalam apa suasana dan ketika. Untuk mendapat pegangan yang kuat perlu kepada proses yang betul. Pegangaan yang kuat sebenarnya merupakan hasil yang lahir dari Iman yang betul.
'Hati laksana bekas yang paling disukai Allah S.W.T. Ia perlu diproses hingga menjadi lembut, bersih, kuat pegangan terhadap Deen Allah dan lembut terhadap saudara-saudaranya.'
Firman Allah S.W.T. maksudnya : "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian (istiqamah) mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperolehi apa yang kamu inginkan dan memperolehi (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Surah Fushilat ayat 30-32)
Dari Abu Amrah Sufyan bin Abdillah r.a berkata : “Ya Rasulullah, katakan kepadaku satu perkataan sahaja yang aku tidak akan bertanya kepada siapapun selain engkau! Jawab Rasulullah S.A.W. maksudnya : "Katakan, aku beriman kepada Allah, lalu istiqamahlah.”
(Hadis Riwayat Muslim)
Ketiga : Menjauhkan diri daripada perkara yang sia-sia.
Pemilik hati yang takut kepada Allah akan menjauhi larangan-Nya dan meninggalkan perkara yang sia-sia.
"Dari Abu Hurairah r.a. berkata, telah bersabda Rasulullah S.A.W. maksudnya : "Diantara kebaikan Islam seseorang ialah ia meninggalkan apa saja yang tidak penting baginya"
(Hadis Riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Huraian hadis di atas :
1. Berkata Ibnu Rajab rahimahullah: "Hadis ini adalah salah satu prinsip agung (ushul) dari prinsip-prinsip Adab (etika)."
2. Anjuran memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan hal-hal yang bermanfaat di dunia dan di akhirat.
3. Anjuran agar seorang hamba menjauhkan dirinya dari perkara-perkara sia-sia dan menyibukkan dirinya dengan perkara-perkara yang mulia lagi berguna.
4. Anjuran untuk selalu melakukan mujahadah (perjuangan) menaklukkan nafsu dan memperbaiki diri dengan menjauhkannya dari perkara-perkara hina dan rendah yang disukainya dan merupakan seleranya.
5. Ikut campur dalam urusan orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan seseorang adalah menyebabkan terjadinya permusuhan dan persengketaan.
6. Menyibukkan diri dengan perkara-perkara yang tidak ada kepentingannya dengan seseorang adalah perbuatan sia-sia dan tanda lemahnya iman.
7. Hati yang sibuk dengan Allah pasti menjauhi semua urusan makhluk yang tidak berguna.
Keempat : Bersih dari hasad dengki, marah dan menipu.
Ditanya Nabi s.a.w yang bermaksud , " Wahai Rasulullah s.a.w siapakah sebaik-baik manusia?"
Jawab baginda, " Setiap orang yang beriman."
Ditanya apakah itu?
Jawab baginda, "Yang bertakwa, tidak ada penipuan, melampau dan hasad."
Sabda Rasulullah S.A.W. yang bermaksud : "Orang yang terkuat di kalangan kamu semua ialah orang yang dapat mengalahkan hawa nafsunya di ketika dia marah dan orang yang tersabar ialah orang yang suka memberikan pengampunan di saat dia berkuasa memberikan balasan (kejahatan orang yang menyakitinya)"
(Hadis Riwayat Baihaqi)
Firman Allah S.W.T. maksudnya : “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.”
(Surah Al-Hujurat: 12)
Sabda Rasulullah S.A.W. yang bermaksud :
"Tiga perkara lazim yang sukar dibuang oleh umatku : mengganggap sial, hasad dengki dan bersangka buruk" lalu seorang lelaki bertanya : "Apakah yang boleh menghilangkannya wahai Rasulullah ?"
Jawab Nabi S.A.W.: "Jika kamu datang perasaan hasad dengki beristighfar lah kamu kepada Allah, apabila kamu bersangka buruk, janganlah kamu membenarkan sangkaan itu, dan apabila kamu menganggap sial belaku, abaikan dan jangan endahkannya"
( Hadis Riwayat At-Tabrani)
Kelima : Tenang dan lapang hati berada di atas sistem Allah S.W.T.
Hati akan merasa reda, puas dan izzah (mulia) dengan sistem Allah S.W.T. sepanjang hayat.
Dalam pegangan hidup manusia, hendaklah diambil neraca dan nilai syarak, dan tidak seharusnya diambil nilai-nilai lain. Kabaikan dan keburukan hendaklah diperhatikan menurut pandangan syarak berdasarkan kaedah: “Yang baik ialah apa yang dipandang baik oleh syara dan yang buruk ialah apa yang dipandang buruk oleh syarak.”
Terdapat banyak perintah Allah yang memerintahkan kita agar mengambil nilai syarak dan melarang daripada mengambil nilai yang lain daripada syarak. Antaranya Firman Allah SWT maksudnya : “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas satu syariat (peraturan) daripaa urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”
(Surah al-Jaatsiyah ayat 18)
Firman Allah S.W.T maksudnya : "Ikutilah apa yang telah diturunkan kepada kamu daripada Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pengajaran (daripadaNya).
(Surah al-A’raf ayat 3)
Firman Allah S.W.T. maksudnya : “Apakah kamu tidak memerhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada kamu dan apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada taghut, pada hal mereka telah diperintahkan agar mengingkari taghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka sejauh-jauhnya.”
(Surah an-Nisa’ ayat 60)
Sahabat yang dikasihi,
Oleh itu marilah sama-sama kita bersihkan dan proses hati kita supaya lima tanda-tanda hati yang disayang Allah S.W.T. akan kita miliki. Semoga Allah campakkan cahaya iman dalam hati kita hingga hati kita menjadi luas, lapang dan tenang. Sesungguhnya setiap sesuatu itu ada pembersihnya, pembersih hati ialah mengingat mati dan sentiasa mengingati Allah. Tidak boleh menyelamatkan seseorang itu azab Allah melainkan hati yang disayangi dan dirahmati-Nya.
jazakullah
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Kehidupan yang kita tempuhi pada saat ini merupakan kurniaan Allah S.W.T. yang berharga dan amat tinggi nilainya. Sejajar itu sebagai seorang mukmin hendaklah kita sentiasa kembali mentaati perintah Allah S.W.T., mematuhi suruhan-Nya, menjauhi larangan-Nya, menyerahkan wala' (ketaatan) hanya kepada-Nya dan jadikan agama-Nya sebagai satu-satunya cara hidup yang syamil dan kamil. Bagi memenuhi tuntutan ini, maka hati mestilah diambil berat, dijaga, dikawal, dibentuk, diproses dan dididik sebaik-baiknya.
Hati merupakan bekas yang bersedia menerima apa saja sama ada petunjuk atau kesesatan, futur atau takwa. Maka ia mestilah terlebih dahulu agar ia menjadi sihat dan mulia dengan Islam. Hati yang Rabbani akan setiap masa dan ketika berhubung dengan Allah S.W.T. dan mematuhi titah perintah-Nya. Di antara tanda yang memperlihatkan dan menunjukkan hidupnya hati ialah sentiasa mengingati Allah S.W.T.
Sahabat yang dimuliakan,
Hadis Rasulullah S.A.W. yang bermaksud : "Di dalam jasad itu ada seketul daging, apabila rosak, maka rosaklah badan seluruhnya dan apabila sihat maka sihatlah badan seluruhnya, dia adalah hati."
Untuk melihat dan mengetahui sejauh mana keras atau lembut, kontang atau subur, mati atau hidup hati kita, terdapat beberapa tanda yang menjadi bukti. Antara tanda-tandanya ialah :
Pertama : Sentiasa mengingati Allah S.W.T. dan Zikrullah :
Dalam ertikata yang luas seperti membaca al-Quran, zikir waktu pagi dan petang dan menunaikan ibadah khusus yang lain.
Sayyidina Ali r.a pernah meriwayatkan satu hadis dari Nabi s.a.w yang bermaksud :
"Apabila engkau mendapat sesuatu musibah (kecelakaan) bacalah 'Bismillaahi'rrahmaanirrahiim, wa laa haula walaa quwwata illaa billaahil 'aliyil 'aziim'. Nescaya Allah menjauhkan daripadanya 70 pintu dari segala macam bala, kesusahan dan dukacita."
(Hadis Riwayat Ibnu Sinny dan Addailamy)
Sabda Nabi S.A.W. lagi yang bermaksud :
"Barangsiapa mendatangi (pulang) kerumahnya, maka dibacanya akan surah al-Namd (surah al-Fatihah) dan surah al-Ikhlas, maka menafikan Allah daripadanya fakir dan mendapat ia kebajikan yang banyak di tempat itu."
Rasulullah S.A.W. bersabda maksudnya :
“Semaikanlah perasaan takwa kepada Allah kerana ia adalah sumber bagi segala amalan-amalan baik. Aku meminta supaya baginda menambah lagi. Tetapkanlah membaca Al-Quran kerana ia adalah nur untuk kehdupan ini dan bekalan untuk hari akhirat.”
Kedua : Kuat berpegang kepada Deen Islam.
Menyampaikan kebenaran didalam apa suasana dan ketika. Untuk mendapat pegangan yang kuat perlu kepada proses yang betul. Pegangaan yang kuat sebenarnya merupakan hasil yang lahir dari Iman yang betul.
'Hati laksana bekas yang paling disukai Allah S.W.T. Ia perlu diproses hingga menjadi lembut, bersih, kuat pegangan terhadap Deen Allah dan lembut terhadap saudara-saudaranya.'
Firman Allah S.W.T. maksudnya : "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian (istiqamah) mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperolehi apa yang kamu inginkan dan memperolehi (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Surah Fushilat ayat 30-32)
Dari Abu Amrah Sufyan bin Abdillah r.a berkata : “Ya Rasulullah, katakan kepadaku satu perkataan sahaja yang aku tidak akan bertanya kepada siapapun selain engkau! Jawab Rasulullah S.A.W. maksudnya : "Katakan, aku beriman kepada Allah, lalu istiqamahlah.”
(Hadis Riwayat Muslim)
Ketiga : Menjauhkan diri daripada perkara yang sia-sia.
Pemilik hati yang takut kepada Allah akan menjauhi larangan-Nya dan meninggalkan perkara yang sia-sia.
"Dari Abu Hurairah r.a. berkata, telah bersabda Rasulullah S.A.W. maksudnya : "Diantara kebaikan Islam seseorang ialah ia meninggalkan apa saja yang tidak penting baginya"
(Hadis Riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Huraian hadis di atas :
1. Berkata Ibnu Rajab rahimahullah: "Hadis ini adalah salah satu prinsip agung (ushul) dari prinsip-prinsip Adab (etika)."
2. Anjuran memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan hal-hal yang bermanfaat di dunia dan di akhirat.
3. Anjuran agar seorang hamba menjauhkan dirinya dari perkara-perkara sia-sia dan menyibukkan dirinya dengan perkara-perkara yang mulia lagi berguna.
4. Anjuran untuk selalu melakukan mujahadah (perjuangan) menaklukkan nafsu dan memperbaiki diri dengan menjauhkannya dari perkara-perkara hina dan rendah yang disukainya dan merupakan seleranya.
5. Ikut campur dalam urusan orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan seseorang adalah menyebabkan terjadinya permusuhan dan persengketaan.
6. Menyibukkan diri dengan perkara-perkara yang tidak ada kepentingannya dengan seseorang adalah perbuatan sia-sia dan tanda lemahnya iman.
7. Hati yang sibuk dengan Allah pasti menjauhi semua urusan makhluk yang tidak berguna.
Keempat : Bersih dari hasad dengki, marah dan menipu.
Ditanya Nabi s.a.w yang bermaksud , " Wahai Rasulullah s.a.w siapakah sebaik-baik manusia?"
Jawab baginda, " Setiap orang yang beriman."
Ditanya apakah itu?
Jawab baginda, "Yang bertakwa, tidak ada penipuan, melampau dan hasad."
Sabda Rasulullah S.A.W. yang bermaksud : "Orang yang terkuat di kalangan kamu semua ialah orang yang dapat mengalahkan hawa nafsunya di ketika dia marah dan orang yang tersabar ialah orang yang suka memberikan pengampunan di saat dia berkuasa memberikan balasan (kejahatan orang yang menyakitinya)"
(Hadis Riwayat Baihaqi)
Firman Allah S.W.T. maksudnya : “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.”
(Surah Al-Hujurat: 12)
Sabda Rasulullah S.A.W. yang bermaksud :
"Tiga perkara lazim yang sukar dibuang oleh umatku : mengganggap sial, hasad dengki dan bersangka buruk" lalu seorang lelaki bertanya : "Apakah yang boleh menghilangkannya wahai Rasulullah ?"
Jawab Nabi S.A.W.: "Jika kamu datang perasaan hasad dengki beristighfar lah kamu kepada Allah, apabila kamu bersangka buruk, janganlah kamu membenarkan sangkaan itu, dan apabila kamu menganggap sial belaku, abaikan dan jangan endahkannya"
( Hadis Riwayat At-Tabrani)
Kelima : Tenang dan lapang hati berada di atas sistem Allah S.W.T.
Hati akan merasa reda, puas dan izzah (mulia) dengan sistem Allah S.W.T. sepanjang hayat.
Dalam pegangan hidup manusia, hendaklah diambil neraca dan nilai syarak, dan tidak seharusnya diambil nilai-nilai lain. Kabaikan dan keburukan hendaklah diperhatikan menurut pandangan syarak berdasarkan kaedah: “Yang baik ialah apa yang dipandang baik oleh syara dan yang buruk ialah apa yang dipandang buruk oleh syarak.”
Terdapat banyak perintah Allah yang memerintahkan kita agar mengambil nilai syarak dan melarang daripada mengambil nilai yang lain daripada syarak. Antaranya Firman Allah SWT maksudnya : “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas satu syariat (peraturan) daripaa urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”
(Surah al-Jaatsiyah ayat 18)
Firman Allah S.W.T maksudnya : "Ikutilah apa yang telah diturunkan kepada kamu daripada Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pengajaran (daripadaNya).
(Surah al-A’raf ayat 3)
Firman Allah S.W.T. maksudnya : “Apakah kamu tidak memerhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada kamu dan apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada taghut, pada hal mereka telah diperintahkan agar mengingkari taghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka sejauh-jauhnya.”
(Surah an-Nisa’ ayat 60)
Sahabat yang dikasihi,
Oleh itu marilah sama-sama kita bersihkan dan proses hati kita supaya lima tanda-tanda hati yang disayang Allah S.W.T. akan kita miliki. Semoga Allah campakkan cahaya iman dalam hati kita hingga hati kita menjadi luas, lapang dan tenang. Sesungguhnya setiap sesuatu itu ada pembersihnya, pembersih hati ialah mengingat mati dan sentiasa mengingati Allah. Tidak boleh menyelamatkan seseorang itu azab Allah melainkan hati yang disayangi dan dirahmati-Nya.
jazakullah
renungan bersama
Sekadar renungan..
Aku mati,
Perlahan,
tubuhku ditutup tanah.
Perlahan,
semua pergi meninggalkanku.
Masih terdengar jelas langkah2 terakhir mereka,
Aku sendirian,
di tempat gelap yg tak pernah terbayang,
Sendiri,
menunggu pertanyaan malaikat..
Belahan hati,
belahan jiwa pun pergi.
Apa lagi sekedar kawan dekat atau orang lain.
Aku bukan siapa2 lagi bagi mereka.
Sanak keluarga menangis,
sangat pedih,
aku pun demikian,
tak kalah sedih ..
Tetapi aku tetap sendiri, disini,
menunggu perhitungan.
Menyesal sudah tak mungkin.
Taubat tak lagi dianggap dan maaf pun tak bakal didengar,
Aku benar-benar harus sendiri..
Ya Allah.. jika Engkau beri aku 1 lagi kesempatan,
jika Engkau pinjamkan lagi beberapa hari milikMu..
Utk aku perbaiki diriku,
Aku ingin memohon maaf pada mereka,
yg selama ini telah merasakan zalimku,
yg selama ini sengsara karena aku,
tersakiti karena aku,
Aku akan kembalikan jika ada harta kotor ini yg telah kukumpulkan,
yg bahkan kumakan..
Yaa Allah Beri lagi aku beberapa hari milikMu,
Untuk berbakti kepada ayah & ibu tercinta.
Teringat kata2 kasar & keras yg menyakitkan hati mereka,
Maafkan aku ayah & ibu, mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangmu,
Beri juga ya Allah aku waktu untuk berkumpul dgn keluargaku,
menyenangkan saudara2ku..
Untuk sungguh2 beramal soleh.
Aku sungguh ingin bersujud dihadapMu lebih lama lagi..
Begitu menyesal diri ini.
Kesenangan yg pernah kuraih dulu,
tak ada artinya sama sekali.
Mengapa kusia ² kan saja waktu hidup yg hanya sekali itu?
Andai aku bisa putar ulang waktu itu.
Aku dimakamkan hari ini & semua menjadi tak termaafkan & semua menjadi terlambat & aku harus sendiri
Untuk waktu yg tak terbayangkan sampai yaumul hisab & dikumpulkan dipadang mahsyar...
Ya ROBB sampaikan salamku utk sahabatku yg selalu mengingatkan ku akan hari terakhirku didunia....
Sesungguhnya sahabat yg terbaik yaitu sahabat yang mengingatkanku akan hari saat aku dipanggil.. MenghadapMu
Aku mati,
Perlahan,
tubuhku ditutup tanah.
Perlahan,
semua pergi meninggalkanku.
Masih terdengar jelas langkah2 terakhir mereka,
Aku sendirian,
di tempat gelap yg tak pernah terbayang,
Sendiri,
menunggu pertanyaan malaikat..
Belahan hati,
belahan jiwa pun pergi.
Apa lagi sekedar kawan dekat atau orang lain.
Aku bukan siapa2 lagi bagi mereka.
Sanak keluarga menangis,
sangat pedih,
aku pun demikian,
tak kalah sedih ..
Tetapi aku tetap sendiri, disini,
menunggu perhitungan.
Menyesal sudah tak mungkin.
Taubat tak lagi dianggap dan maaf pun tak bakal didengar,
Aku benar-benar harus sendiri..
Ya Allah.. jika Engkau beri aku 1 lagi kesempatan,
jika Engkau pinjamkan lagi beberapa hari milikMu..
Utk aku perbaiki diriku,
Aku ingin memohon maaf pada mereka,
yg selama ini telah merasakan zalimku,
yg selama ini sengsara karena aku,
tersakiti karena aku,
Aku akan kembalikan jika ada harta kotor ini yg telah kukumpulkan,
yg bahkan kumakan..
Yaa Allah Beri lagi aku beberapa hari milikMu,
Untuk berbakti kepada ayah & ibu tercinta.
Teringat kata2 kasar & keras yg menyakitkan hati mereka,
Maafkan aku ayah & ibu, mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangmu,
Beri juga ya Allah aku waktu untuk berkumpul dgn keluargaku,
menyenangkan saudara2ku..
Untuk sungguh2 beramal soleh.
Aku sungguh ingin bersujud dihadapMu lebih lama lagi..
Begitu menyesal diri ini.
Kesenangan yg pernah kuraih dulu,
tak ada artinya sama sekali.
Mengapa kusia ² kan saja waktu hidup yg hanya sekali itu?
Andai aku bisa putar ulang waktu itu.
Aku dimakamkan hari ini & semua menjadi tak termaafkan & semua menjadi terlambat & aku harus sendiri
Untuk waktu yg tak terbayangkan sampai yaumul hisab & dikumpulkan dipadang mahsyar...
Ya ROBB sampaikan salamku utk sahabatku yg selalu mengingatkan ku akan hari terakhirku didunia....
Sesungguhnya sahabat yg terbaik yaitu sahabat yang mengingatkanku akan hari saat aku dipanggil.. MenghadapMu
islam... pelembut hati
Ya Allahu Ya Lathif..
Wahai tuhan yang Maha Lembut,
Lembutkanlah hatiku seperti mana Engkau lembutkan hati pada kekasihMu,
Lembutkanlah hati ini untuk sentiasa ingat padaMu,
Untuk sentiasa bermunajat padaMu,
...Sepertimana kelaziman para kekasihMu.
Ya Lathif...
Aku berlindung dari keras dan matinya hatiku.
Ya Lathif...
Wahai yang Maha Lembut,
Berlembutlah denganku sewaktu hari pengadilan nanti,
Aku bermohon dengan sifat Maha LembutMu,
Agar Engkau mengasihaniku dan mengampuniku.
Aminnn
Wahai tuhan yang Maha Lembut,
Lembutkanlah hatiku seperti mana Engkau lembutkan hati pada kekasihMu,
Lembutkanlah hati ini untuk sentiasa ingat padaMu,
Untuk sentiasa bermunajat padaMu,
...Sepertimana kelaziman para kekasihMu.
Ya Lathif...
Aku berlindung dari keras dan matinya hatiku.
Ya Lathif...
Wahai yang Maha Lembut,
Berlembutlah denganku sewaktu hari pengadilan nanti,
Aku bermohon dengan sifat Maha LembutMu,
Agar Engkau mengasihaniku dan mengampuniku.
Aminnn
history....
Saudaraku, sidang pembaca yang budiman. Sebagai muslim, siapa yang tidak kenal kepada Nabi Muhammad SAW ? Rasulullah SAW tercatat sebagai pemimpin yang handal dan sukses. Handal sebagai pemimpin umat, sukses didalam melaksanakan tugas kenabian. Saat itu di tengah-tengah kebiadaban kekejaman dan kebobrokan akhlak masyarakat jahiliyah di kota Mekkah lahirlah seseorang yang nantinya akan menjadi utusan Allah dari bangsa Quraisy. Bernama Muhammad putra Abdullah, ibunya bernama Siti Aminah. Terlahir pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 571 M. Tidak dapat dipungkiri, kehadiran Nabi SAW telah berhasil mengikis habis prilaku jahiliyah dan mengubahnya dengan keimanan kepada Allah SWT. Beliau berjuang mengembangkan agama Islam selama 23 tahun di dua tempat yaitu kota Makkah selama 13 tahun dan kota Madinah selama 10 tahun. Selama 23 tahun perjuangan beliau melaksanakan tugas mulia dari Allah SWT dengan sikap jujur, memelihara amanah, rajin, ulet, mandiri, bertanggung jawab, berani memikul risiko dan berkeperibadian yang baik serta berbudi pekerti yang patut diteladani dan Nabi SAW telah berhasil menegakkan agama Allah, menyampaikan (Syiar dakwah Islam) ajaran agama yang berharga itu kepada umat manusia.
Saudaraku, sejarah kehidupan Rasulullah SAW memang merupakan hal yang sangat penting diketahui setiap muslim. Darinya seseorang akan mendapatkan gambaran utuh tentang kehidupan seorang muslim yang ideal dalam semua sisi dan fase kehidupannya. Hal tersebut tidaklah berkelebihan, karena Allah SWT memang telah menyiapkan kepribadian Rasulullah SAW sebagai panutan utama kaum muslimin.
* Sesuai Firman – Nya :
”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab : 21)
Dan yang harus diketahui adalah Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir.
* Sesuai Firman Allah SWT yang termaktub didalam kitab suci Al-Qur’an :
”Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu tetapi ia adalah Rasul Allah dan Penutup para Nabi ...” (QS. Al-Ahzab : 40)
Sekarang ini memang sedang maraknya bermunculan bagai jamur Nabi-nabi palsu. Sungguh suatu kebodohan yang terlalu naif bagi mereka yang mengikuti (mengakui) pendusta – pendusta itu sebagai seorang Nabi dan Rasul. Naudzu billah! Summa Naudzu billah.
(Ket. : Setentang Nabi-nabi palsu, seperti Mirza Ghulam Ahmad, Musailamah al Khadzdzab, Ahmad Musaddeq, Lia Eden, dan lain-lain lagi dapat pembaca ikuti lewat tulisan H. Sunaryo A.Y. berjudul : Nabi Muhammad SAW Sebagai Nabi dan Rasul Terakhir.)
Saudaraku, sidang pembaca. Sesuai judul tulisan (artikel) religius ini tersebut diatas, kita simak sebuah kematian terindah dalam sejarah manusia. Yaitu detik-detik terakhir wafatnya Rasulullah SAW, sebuah kisah nyata yang begitu mengagumkan sekaligus mengharukan serta menggetarkan dada setiap insan-insan beriman seperti berikut ini.
Ketika dakwah sudah semakin sempurna dan Islam sudah mengendalikan keadaan, mulailah tampak tanda-tanda perpisahan Rasulullah SAW dengan kehidupan. Hal tersebut tampak dari perasaan, ucapan dan perbuatan beliau (Nabi SAW). Pada tahun 10 H. Rasulullah SAW mengumumkan akan melaksanakan ibadah Haji (Haji Wada’). Pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyah) Rasulullah SAW menuju Mina, setelah itu berangkat ke Arofah dan beliau singgah di Namirah lantas berangkat lagi hingga lembah Wadi’ di sana sudah berkumpul sekitar 144.000 manusia. Nabi SAW menyampaikan khotbahnya (Khatbah Wada’ di Arofah). :
”Wahai manusia, dengarlah ucapanku, karena sesungguhnya mungkin aku tidak akan menjumpai kalian lagi setelah tahun ini di tempat wakaf ini selamanya. Sesungguhnya darah dan harta kalian suci, sebagaimana sucinya hari ini dan Negeri ini. Ketahuilah semua perkara-perkara jahiliyah berada dibawah kakiku tidak berlaku, begitu juga dengan darah jahiliyah telah tidak berlaku. Darah pertama yang aku batalkan adalah darah Rabi’ah bin Al-Harist yang dahulu disusui di Bani Sa’ad lalu di bunuh oleh Hudzail. Riba jahiliyah juga telah tidak berlaku dan riba pertama yang aku batalkan adalah ribanya Abbas bin Abdul Muththalib, sesungguhnya semuanya tidak lagi berlaku. Bertawakalah kalian kepada Allah SWT dalam urusan wanita, karena kalian mengambil mereka dengan amanah Allah, kalian halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Untuk itu, hak kalian adalah bahwa istri-istri kalian tidak boleh menghamparkan alasnya kepada orang yang kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan hal itu, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Sedang hak mereka yang merupakan kewajiban kalian adalah diberi nafkah dan sandang yang layak. Aku tinggalkan untuk kalian sesuatu yang tidak akan membuat kalian tersesat jika berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitabullah. Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada Nabi setelahku, tidak ada umat setelah kalian. Maka sembahlah Rabb kalian, shalatlah lima waktu, puasalah di bulan kalian (Ramadhan), tunaikanlah zakat harta kalian yang akan mensucikan diri kalian, tunaikanlah Haji ke Baitullah, ta’atilah pemimpin kalian, kalian akan masuk syorga Tuhan Rabb kalian.”
”Kalian bertanya tentang aku, apa yang akan kalian katakan ?” mereka menjawab : ”Kami bersaksi bahwa engkau telah menunaikan (amanah) dan memberi nasihat.” lalu Rasulullah SAW berkata seraya mengangkat telunjuknya ke langit kemudian mengarahkannya kearah manusia seraya berkata : ”Ya Allah, saksikanlah.” (Nabi SAW mengucapkannya sebanyak tiga kali.)
* Diterangkan di dalam riwayat bahwa setelah selesai khutbah, turunlah Firman Allah SWT :
”Pada hari ini telah Ku sempurnakah untuk kamu agamamu dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu,” (QS. Al-Maidah : 3)
· Sayyidina Umar Ibnu Khattab r.a. yang mendengar ayat tersebut menangis, ketika ditanya kenapa beliau menangis, beliau (Sayyidina Umar Ibnu khattab r.a. ) menjawab : ”Sesungguhnya sesuatu yang telah sempurna, berikutnya akan berkurang.”
· Sementara dalam riwayat yang lain Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. menangis. Bersabda Rasulullah SAW kepadanya : ”Apa yang membuatmu menangis dalam ayat tersebut?” Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. menjawab : ”Ini adalah berita kematian.”
· Kembalilah Rasulullah SAW dari Haji Wada’ dan kurang dari 7 hari wafat beliau SAW turunlah ayat Al-Qur’an paling akhir yaitu surat Al-Baqarah ayat 281 sebagai berikut :
”Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah : 281)
· Pada awal-awal bulan Safar tahun 11 Hijriyah Rasulullah SAW mulai menampakkan sakit. Nabi SAW berkata : ”Aku ingin mengunjungi Syuhada Uhud.” Maka beliau pun berangkat pergi menuju Syuhada Uhud dan beliau (Nabi SAW) berdiri diatas makam para Syuhada seraya berkata : ”Assalamualaikum wahai Syuhada Uhud, kalian adalah orang-orang yang mendahului (kami) dan kami insya Allah akan menyusul kalian dan sesungguhnya aku, insya Allah akan menyusul (kalian).”
setelah itu Rasulullah SAW menuju mimbar dan berpidato :
”Aku akan mendahului kalian aku akan menjadi saksi bagi kalian, sungguh sekarang aku telah melihat telagaku dan sungguh aku telah diberikan konci-konci bumi dan simpanannya sunguh aku tidak takut kalian berlaku syirik setelahku, akan tetapi yang aku takutkan adalah kalian saling berlomba – lomba terhadap dunia.” Kemudian Rasulullah SAW pulang sambil menangis. Maka para Sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW : ”Apa yang membuat anda menangis, wahai Rasulullah ?” Nabi SAW bersabda : ”Aku merindukan saudara-saudaraku seiman.” Mereka (para sahabat) berkata : ”Bukankah kami adalah saudaramu seiman wahai Rasulullah ?” Beliau SAW bersabda : ”Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku, adapun saudara-saudaraku seiman suatu kaum yang datang setelahku, mereka beriman kepadaku sedang mereka belum pernah melihatku.” Subhanallah! Maha suci Allah! Saya (penulis) berdo’a semoga kita-kita ini (yang hidup di abad 20) adalah orang-orang muslim (saudara seiman) yang dirindukan oleh Rasulullah SAW. Amin! Ya Rabbal Alamin.
Pada tanggal 29 Safar tahun 11 H, hari Senin. Rasulullah SAW menderita sakit kepala dan merasakan panas yang teramat sangat. Nabi SAW telah benar-benar sakit dan terus bertambah sakit. Selama sakitnya itu beliau tetap memimpin shalat selama 11 hari dari 13 atau 14 hari masa sakit beliau. Pada hari itu (empat hari sebelum wafat beliau) Nabi SAW masih sempat shalat maghrib sebagai imam dengan membaca surat Al-Mursalat. Namun pada waktu shalat Isya sakitnya semakin berat sehingga beliau tidak kuasa untuk keluar. Aisyah r.a. (radhiallahu ’anha) mengisahkan, saat itu Rasulullah SAW bertanya kepadanya : ”Apakah orang – orang sudah shalat?” Aisyah r.a. menjawab : ”Belum ya Rasulullah, mereka menunggumu.” Rasulullah lalu minta diambilkan air untuk mandi, kemudian beliau mandi, setelah itu beliau pingsan. Setelah sadar beliau bertanya lagi: ”Apakah orang-orang sudah shalat?” Dijawab : ”Belum ya Rasulullah, mereka menunggumu.” lalu beliau mandi lagi, kemudian pingsan lagi, begitu seterusnya hingga terjadi tiga kali. Setelah itu Nabi SAW meminta Abu Bakar Shiddiq untuk menjadi imam shalat. Maka Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. mengimami shalat pada hari-hari terakhir kehidupan Rasulullah SAW sebanyak tujuh belas kali. Tiga hari sebelum beliau (Nabi SAW) wafat, sakit beliau mulai mengeras. Beliau saat itu berada di rumah Sayyidah Maimunah r.a. Beliau SAW bersabda : ”Kumpulkan istri-istriku.” maka berkumpullah istri-istri beliau SAW, beliau bersabda : ”Apakah kalian mengizinkan aku untuk tinggal di rumah Aisyah?” maka mereka menjawab : ”Kami mengizinkan anda wahai Rasulullah.” kemudian beliau berkeinginan untuk berdiri akan tetapi beliau tidak mampu. Datanglah Ali bin Abi Thalib r.a. dan Al-Fadl bin Al-Abbas r.a. maka mereka pun membopong Rasulullah SAW, lalu mereka memindahkan beliau SAW dari kamar Maimunah r.a. menuju kamar Aisyah r.a. Adapun para Sahabat, baru pertama kali ini mereka melihat Rasulullah SAW dibopong diatas dua tangan. Maka berkumpulah para Sahabat dan mereka berkata : ”Apa yang terjadi pada Rasulullah, apa yang terjadi pada Rasulullah ?” mulailah manusia berkumpul di dalam masjid. Masjid pun mulai penuh dengan para sahabat.
Nabi SAW dibawa menuju rumah Aisyah r.a. mulailah Rasulullah SAW mencucurkan keringat, berkeringat dan berkeringat. Berkatalah Aisyah r.a. : ”Sungguh belum pernah aku melihat ada seorang manusia yang berkeringat deras seperti ini.” Maka dia mengambil tangan Rasulullah SAW dan dengannya dia (Aisyah r.a.) mengusap keringat beliau. (Mengapakah dia (Aisyah r.a.) mengusap keringat dengan tangan beliau (Nabi SAW) dan tidak mengusapnya dengan tangannya (Aisyah r.a.) sendiri ?) maka Aisyah r.a. berkata : ”Sesungguhnya tangan Rasulullah SAW lebih lembut dan mulia dari pada tanganku, oleh karena itulah aku mengusap keringat beliau dengan tangan beliau dan tidak dengan tanganku.” (Ini adalah sebuah penghormatan terhadap Nabi SAW.)
Sehari sebelum Rasulullah SAW wafat, yaitu hari Ahad beliau SAW memerdekakan budaknya. Beliaupun bersedekah sebanyak sembilan dinar, senjatanya dihadiahkan kepada kaum muslimin. Pada malam harinya, Aisyah r.a. meminjam minyak untuk lampu dari tetangganya. Saat itu, baju besinya digadaikan kepada seorang Yahudi untuk mendapatkan tiga puluh Sha’ gandum.
* Aisah r.a. berkata : ”Aku mendengar Rasulullah SAW berkata :
”Laa Ilaaha Illallah, sesungguhnya setiap kematian ada sakaratnya.” dan diulangi : ”Laa Ilaaha Illallah, sesungguhnya kematian itu memiliki sakarat.”
Mulailah suara-suara didalam Masjid meninggi. Bersabdalah Nabi SAW : ”Apa ini?. Berkata Aisyah : ”Sesungguhnya manusia mengkhawatirkan anda wahai Rasulullah.” Nabi SAW bersabda : ”Bawalah aku kepada mereka.” maka beliau berkehendak untuk bangun, akan tetapi tidak mampu. Maka para sahabat menyiramkan tujuh Qibrah air kepada beliau hingga beliau bangkit dan para sahabat membawa beliau naik di atas mimbar. Jadilah khutbah tersebut adalah khutbah terakhir beliau SAW, menjadi kalimat terakir Rasulullah SAW dan do’a terakhir Rasulullah SAW. Beliau bersabda : ”Wahai manusia, kalian mengkhawatirkan aku?” mereka menjawab : ”Ya, wahai Rasulullah.” Bersabda Rasulullah SAW : ”Sesungguhnya tempat perjanjian kalian dengan aku bukanlah di dunia, tempat perjanjian kalian denganku adalah di haudh (telaga). Demi Allah, sungguh seakan-akan aku sekarang sedang melihat kepadanya di depanku ini. Wahai manusia, demi Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian sehingga kalian akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Maka dunia itu akan membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”
Kemudian Nabi SAW bersabda : ”Allah – Allah, shalat, Allah-Allah, shalat.” (Maksudnya : Aku bersumpah demi Allah terhadap kalian agar kalian menjaga shalat.) beliau terus mengulang – ulangnya, lantas bersabda : ”Wahai manusia, bertakwalah kalian terhadap kaum wanita, aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap kaum wanita.” kemudian beliau bersabda : ”Wahai manusia, sesungguhnya ada seorang hamba yang Allah SWT telah memberikan pilihan kepadanya antara dunia dan antara apa yang ada disisi-Nya.” Tidak ada seorangpun yang memahami siapakah yang dimaksud dengan seorang hamba oleh Rasulullah SAW tadi, padahal yang dimaksud oleh Rasulullah SAW adalah diri beliau sendiri. Allah SWT telah memberikan pilihan kepada beliau dan tidak ada seorang pun yang paham selain Abu Bakar Shiddiq r.a. Dan kebiasaan para sahabat adalah bahwa saat Rasulullah SAW berbicara mereka berdiam, seakan-akan ada seekor burung yang bertengger diatas kepala mereka. Maka saat Abu Bakar Shiddiq r.a. mendengar perkataan Rasulullah SAW dia (Abu Bakar Shiddiq) tidak mampu menguasai dirinya, dengan serta merta dia menangis sesenggukkan dan ditengah Masjid dia memotong pembicaraan Rasulullah SAW, dia pun (Abu Bakar Shiddiq) berkata : ”Kami tebus anda dengan bapak-bapak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan anak-anak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan harta-harta kami wahai Rasulullah.” Abu Bakar Shiddiq mengulang-ngulangnya, sementara para sahabat yang lain melihat kepadanya dengan pandangan heran, bagaimana dia (Abu Bakar Shiddiq) berani memotong khutbah Rasulullah SAW?!
Rasulullah SAW bersabda : ”Wahai manusia, tidak ada seorang pun diantara kalian yang memiliki keutamaan disisi kami melainkan Abu Bakar, aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan balasannya kepada Allah SWT. Setiap pintu menuju Masjid ditutup kecuali pintu Abu Bakar r.a. tidak akan ditutup selamanya.”
Kemudian mulailah beliau (Nabi SAW) berdo’a untuk mereka dan berkata pada akhir do’a beliau SAW sebelum wafat beliau : ”Mudah-mudahan Allah SWT menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian, mudah-mudahan Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian, mudah-mudahan Allah menguatkan kalian, mudah-mudahan Allah melindungi kalian.” Dan kalimat terakhir yang beliau sampaikan sebelum turun dari atas mimbar adalah : ”Wahai manusia, sampaikanlah salamku kepada orang yang mengikutiku diatara umatku hingga hari kiamat.” Setelah itu beliau pun dibawa kembali kerumah beliau SAW.
Datanglah Abdul Rahman Ibnu Abu Bakar dan ditangannya ada sebatang siwak, Nabi SAW terus melihat kearah siwak tersebut tetapi tidak mampu berkata aku menginginkan siwak. Aisyah r.a. berkata : ”Aku paham dari pandangan mata beliau bahwa beliau menginginkan siwak maka aku mengambil siwak itu dari Abdul Rahman Ibnu Abu Bakar. Kemudian aku letakkan di mulutku agar aku melunakkannya untuk Nabi, kemudian aku berikan siwak itu kepada beliau. Maka sesuatu yang paling akhir masuk kedalam perut Nabi SAW adalah air dari mulutku.” Aisyah r.a. berkata : ”Termasuk sebuah keutamaan dari Rabb-ku atasku adalah Dia telah mengumpulkan air dari mulutku dengan ludah Nabi SAW sebelum beliau wafat.” Selesai bersiwak beliau SAW mengangkat tangannya dan jarinya dan matanya memandang langit – langit, bibirnya bergerak perlahan berkata. Aisyah r.a. berusaha mendengarkannya :
”Bersama – sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para Shiddiqin, orang – orang yang mati syahid dan ornag-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah dan Allah SWT cukup mengetahui.” (QS. An-Nisa : 69-70)
Pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H, masuklah kedalam kamar Rasulullah SAW putri beiau, Fathimah r.a. yaitu pada waktu Dhuha dan ia (Fathimah r.a.) menangis. Dia menangis karena biasanya setiap kali dia datang menemuai Rasulullah SAW, maka beliau (Nabi SAW) berdiri dan menciumnya diantara kedua matanya. Akan tetapi sekarang beliau (Nabi SAW) tidak mampu berdiri untuknya. Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya : ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliau SAW membisikkan sesuatu ditelinganya, maka Fathimah r.a. menangis. Rasulullah SAW bersabda lagi : ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu lagi, maka sekali ini Fathimah r.a. tertawa.”
(Setelah kematian Rasulullah SAW para Sahabat bertaya kepada Fathimah r.a. setentang apa yang dibisikan ayahanda beliau (Nabi SAW) kepada Fathimah)
Dan dijawab oleh Fathimah r.a. sebagai berikut : ”Pertama kali ayahanda (Nabi SAW) berkata kepadaku : ”Wahai Fathimah, aku akan meninggal karena sakitku ini.” maka aku pun menangis. Ketika beliau melihat aku menangis beliau kembali berkata kepadaku katanya : ”Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yang pertama kali akan bertemu denganku.” itulah maka akupun tertawa.” Rasulullah SAW memanggil kedua cucu beliau, Hasan dan Husain dan Nabi SAW menciumi keduanya serta berwasiat kebaikan kepada mereka berdua. Lalu Nabi SAW memanggil semua istrinya, menasehatinya dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kepada seluruh manusia yang hadir agar menjaga shalat dan wasiat ini juga teruntuk kepada segenap kaum muslimin :
”Shalat, shalat dan (perhatikanlah) budak – budak kalian yang kalian miliki.”
Diulanginya hal tersebut berkali-kali, maksudnya agar memperhatikan kedua hal tersebut. Lalu rasa sakit pun terasa semakin berat maka beliau bersabda : ”Keluarlah siapa saja dari rumahku.” Dan beliau bersabda lagi : ”Mendekatlah kemari wahai Aisyah.” Beliau (Nabi SAW) tidur di dada istri beliau, Aisyah r.a. Aisyah r.a. berkata : ”Beliau SAW mengangkat tangannya seraya bersabda : ”Bahkan Ar-Rafiqul A’la, Bahkan Ar-Rafiqul A’la.” (Maka diketahuilah bahwa di sela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan dunia atau Ar-Rafiqul A’la)
Masuklah Malaikat Jibril As menemui Nabi SAW seraya berkata : ”Malaikat maut ada dipintu, meminta izin untuk menemuimu dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” maka beliau (Nabi SAW) berkata kepadanya : ”Izinkan untuknya wahai Jibril.” maka masuklah Malaikat Maut seraya berkata : ”Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di akhirat.” maka Rasulullah SAW bersabda : ”Bahkan aku memilih Ar’Rafiqul A’la (teman yang tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama – sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para Shiddiqin, orang-orang shaleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yang sebaik-baiknya.” Aisyah r.a. menuturkan bahwa sebelum Rasulullah SAW wafat, ketika beliau bersandar pada dadanya dan dia mendengarkan beliau secara seksama beliau berdo’a :
”Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku padanya Ar-Rafiq Al-A’la. Ya Allah (aku minta) Ar-Rafiq Al-A’la, Ya Allah (aku minta) Ar-Rafiq Al-A’la.”
Berdirilah Malaikat Maut disisi kepala Nabi yang mulia sebagiamana dia berdiri disisi kepala salah seorang diantara kita dan berkata : ”Wahai Roh yang bagus, roh Muhammad bin Abdullah, keluarlah menuju keriho’an Allah dan menuju Rabb yang ridha dan tidak murka.”
(*Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ketika Malaikat Izrail (malaikat Maut) meminta izin untuk menemui Nabi SAW atas perintah Allah untuk mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah lembut dan Nabi SAW mengizinkannya. Ketika itulah Nabi SAW mendapat berita-berita gembira dari Sahabat beliau, kecintaan beliau, sipembawa wahyu yaitu Malaikat Jibri As sebagai berikut :
”Bahwa pintu-pintu langit telah dibuka, para Malaikat telah berbaris untuk menyambut kedatangan roh Nabi SAW, bahwa pintu-pintu Syorga telah dibuka, para bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu dan tuanlah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari Kiamat nanti.” Untuk semua berita gembira yang disampaikan oleh malaikat Jibril As tersebut disambut oleh oleh Nabi SAW dengan sabdanya : ”Segala puji dan syukur untuk Tuhanku.” Malaikat Jibril As melihat ada kegelisahan diwajah Nabi SAW apalagi bibir itu perlahan bergerak mengucapkan kata-kata : ”Umatii, Umatii.” Malaikat Jibril pun bertanya kepada Nabi SAW : ”Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan?” Rasulullah SAW menjawab : ”Tentang kegelisahanku, apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang membaca Al-Qur’an sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang berpuasa pada bulan mereka (Ramadhan) sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?” Jibril menjawab : ”Saya membawa khabar gembira untuk Baginda. Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman : ”Aku telah mengharamkan Syorga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau (Nabi Muhammad SAW) dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.” Maka berkatalah Rasulullah SAW : ”Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku wahai Jibril.” *)
Setelah mendengarkan dengan seksama do’a Rasulullah SAW yang ketika itu tengah bersandar lemah didadanya. Tidak lama kemudian Sayyidah Aisyah r.a. berkata : ”Maka jatuh lemaslah tangan Nabi SAW dan kepala beliau menjadi berat diatas dadaku dan sungguh aku sudah tahu bahwa Rasulullah SAW telah tiada...”
Inna Lillahi Wa Innaa Ilaihi Rojiun.
Nabi Muhammad SAW, Nabi termulia, Rasul paling agung telah wafat. Telah berpulang kerahmatullah manusia yang paling mulia, seorang Nabi dan Rasul yang sangat mencintai umatnya, seorang bangsawan Quraisy yang handal sebagai pemimpin umat, yang sukses menjalankan tugas kenabian, telah berpulang Nabi dan Rasul terakhir yang kepribadiaannya oleh Allah SWT telah dipersiapkan buat panutan umat, telah berpulang orang yang tidak pernah memakai sutera, telah berpulang orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum, telah berpulang orang yang lebih memilih tikar dari sebuah singgasana, telah berpulang orang yang jarang tidur diwaktu malam karena takut Neraka Sa’ir. Peristiwa ini terjadi pada waktu Dhuha, hari Senin tanggal 12 Rabbiul Awal tahun 11 H. Tepat pada usia beliau (Rasulullah SAW) 63 tahun lebih 4 hari. Wallahu ’alam Bissawab.
Saudaraku, sejarah kehidupan Rasulullah SAW memang merupakan hal yang sangat penting diketahui setiap muslim. Darinya seseorang akan mendapatkan gambaran utuh tentang kehidupan seorang muslim yang ideal dalam semua sisi dan fase kehidupannya. Hal tersebut tidaklah berkelebihan, karena Allah SWT memang telah menyiapkan kepribadian Rasulullah SAW sebagai panutan utama kaum muslimin.
* Sesuai Firman – Nya :
”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab : 21)
Dan yang harus diketahui adalah Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir.
* Sesuai Firman Allah SWT yang termaktub didalam kitab suci Al-Qur’an :
”Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu tetapi ia adalah Rasul Allah dan Penutup para Nabi ...” (QS. Al-Ahzab : 40)
Sekarang ini memang sedang maraknya bermunculan bagai jamur Nabi-nabi palsu. Sungguh suatu kebodohan yang terlalu naif bagi mereka yang mengikuti (mengakui) pendusta – pendusta itu sebagai seorang Nabi dan Rasul. Naudzu billah! Summa Naudzu billah.
(Ket. : Setentang Nabi-nabi palsu, seperti Mirza Ghulam Ahmad, Musailamah al Khadzdzab, Ahmad Musaddeq, Lia Eden, dan lain-lain lagi dapat pembaca ikuti lewat tulisan H. Sunaryo A.Y. berjudul : Nabi Muhammad SAW Sebagai Nabi dan Rasul Terakhir.)
Saudaraku, sidang pembaca. Sesuai judul tulisan (artikel) religius ini tersebut diatas, kita simak sebuah kematian terindah dalam sejarah manusia. Yaitu detik-detik terakhir wafatnya Rasulullah SAW, sebuah kisah nyata yang begitu mengagumkan sekaligus mengharukan serta menggetarkan dada setiap insan-insan beriman seperti berikut ini.
Ketika dakwah sudah semakin sempurna dan Islam sudah mengendalikan keadaan, mulailah tampak tanda-tanda perpisahan Rasulullah SAW dengan kehidupan. Hal tersebut tampak dari perasaan, ucapan dan perbuatan beliau (Nabi SAW). Pada tahun 10 H. Rasulullah SAW mengumumkan akan melaksanakan ibadah Haji (Haji Wada’). Pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyah) Rasulullah SAW menuju Mina, setelah itu berangkat ke Arofah dan beliau singgah di Namirah lantas berangkat lagi hingga lembah Wadi’ di sana sudah berkumpul sekitar 144.000 manusia. Nabi SAW menyampaikan khotbahnya (Khatbah Wada’ di Arofah). :
”Wahai manusia, dengarlah ucapanku, karena sesungguhnya mungkin aku tidak akan menjumpai kalian lagi setelah tahun ini di tempat wakaf ini selamanya. Sesungguhnya darah dan harta kalian suci, sebagaimana sucinya hari ini dan Negeri ini. Ketahuilah semua perkara-perkara jahiliyah berada dibawah kakiku tidak berlaku, begitu juga dengan darah jahiliyah telah tidak berlaku. Darah pertama yang aku batalkan adalah darah Rabi’ah bin Al-Harist yang dahulu disusui di Bani Sa’ad lalu di bunuh oleh Hudzail. Riba jahiliyah juga telah tidak berlaku dan riba pertama yang aku batalkan adalah ribanya Abbas bin Abdul Muththalib, sesungguhnya semuanya tidak lagi berlaku. Bertawakalah kalian kepada Allah SWT dalam urusan wanita, karena kalian mengambil mereka dengan amanah Allah, kalian halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Untuk itu, hak kalian adalah bahwa istri-istri kalian tidak boleh menghamparkan alasnya kepada orang yang kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan hal itu, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Sedang hak mereka yang merupakan kewajiban kalian adalah diberi nafkah dan sandang yang layak. Aku tinggalkan untuk kalian sesuatu yang tidak akan membuat kalian tersesat jika berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitabullah. Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada Nabi setelahku, tidak ada umat setelah kalian. Maka sembahlah Rabb kalian, shalatlah lima waktu, puasalah di bulan kalian (Ramadhan), tunaikanlah zakat harta kalian yang akan mensucikan diri kalian, tunaikanlah Haji ke Baitullah, ta’atilah pemimpin kalian, kalian akan masuk syorga Tuhan Rabb kalian.”
”Kalian bertanya tentang aku, apa yang akan kalian katakan ?” mereka menjawab : ”Kami bersaksi bahwa engkau telah menunaikan (amanah) dan memberi nasihat.” lalu Rasulullah SAW berkata seraya mengangkat telunjuknya ke langit kemudian mengarahkannya kearah manusia seraya berkata : ”Ya Allah, saksikanlah.” (Nabi SAW mengucapkannya sebanyak tiga kali.)
* Diterangkan di dalam riwayat bahwa setelah selesai khutbah, turunlah Firman Allah SWT :
”Pada hari ini telah Ku sempurnakah untuk kamu agamamu dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu,” (QS. Al-Maidah : 3)
· Sayyidina Umar Ibnu Khattab r.a. yang mendengar ayat tersebut menangis, ketika ditanya kenapa beliau menangis, beliau (Sayyidina Umar Ibnu khattab r.a. ) menjawab : ”Sesungguhnya sesuatu yang telah sempurna, berikutnya akan berkurang.”
· Sementara dalam riwayat yang lain Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. menangis. Bersabda Rasulullah SAW kepadanya : ”Apa yang membuatmu menangis dalam ayat tersebut?” Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. menjawab : ”Ini adalah berita kematian.”
· Kembalilah Rasulullah SAW dari Haji Wada’ dan kurang dari 7 hari wafat beliau SAW turunlah ayat Al-Qur’an paling akhir yaitu surat Al-Baqarah ayat 281 sebagai berikut :
”Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah : 281)
· Pada awal-awal bulan Safar tahun 11 Hijriyah Rasulullah SAW mulai menampakkan sakit. Nabi SAW berkata : ”Aku ingin mengunjungi Syuhada Uhud.” Maka beliau pun berangkat pergi menuju Syuhada Uhud dan beliau (Nabi SAW) berdiri diatas makam para Syuhada seraya berkata : ”Assalamualaikum wahai Syuhada Uhud, kalian adalah orang-orang yang mendahului (kami) dan kami insya Allah akan menyusul kalian dan sesungguhnya aku, insya Allah akan menyusul (kalian).”
setelah itu Rasulullah SAW menuju mimbar dan berpidato :
”Aku akan mendahului kalian aku akan menjadi saksi bagi kalian, sungguh sekarang aku telah melihat telagaku dan sungguh aku telah diberikan konci-konci bumi dan simpanannya sunguh aku tidak takut kalian berlaku syirik setelahku, akan tetapi yang aku takutkan adalah kalian saling berlomba – lomba terhadap dunia.” Kemudian Rasulullah SAW pulang sambil menangis. Maka para Sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW : ”Apa yang membuat anda menangis, wahai Rasulullah ?” Nabi SAW bersabda : ”Aku merindukan saudara-saudaraku seiman.” Mereka (para sahabat) berkata : ”Bukankah kami adalah saudaramu seiman wahai Rasulullah ?” Beliau SAW bersabda : ”Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku, adapun saudara-saudaraku seiman suatu kaum yang datang setelahku, mereka beriman kepadaku sedang mereka belum pernah melihatku.” Subhanallah! Maha suci Allah! Saya (penulis) berdo’a semoga kita-kita ini (yang hidup di abad 20) adalah orang-orang muslim (saudara seiman) yang dirindukan oleh Rasulullah SAW. Amin! Ya Rabbal Alamin.
Pada tanggal 29 Safar tahun 11 H, hari Senin. Rasulullah SAW menderita sakit kepala dan merasakan panas yang teramat sangat. Nabi SAW telah benar-benar sakit dan terus bertambah sakit. Selama sakitnya itu beliau tetap memimpin shalat selama 11 hari dari 13 atau 14 hari masa sakit beliau. Pada hari itu (empat hari sebelum wafat beliau) Nabi SAW masih sempat shalat maghrib sebagai imam dengan membaca surat Al-Mursalat. Namun pada waktu shalat Isya sakitnya semakin berat sehingga beliau tidak kuasa untuk keluar. Aisyah r.a. (radhiallahu ’anha) mengisahkan, saat itu Rasulullah SAW bertanya kepadanya : ”Apakah orang – orang sudah shalat?” Aisyah r.a. menjawab : ”Belum ya Rasulullah, mereka menunggumu.” Rasulullah lalu minta diambilkan air untuk mandi, kemudian beliau mandi, setelah itu beliau pingsan. Setelah sadar beliau bertanya lagi: ”Apakah orang-orang sudah shalat?” Dijawab : ”Belum ya Rasulullah, mereka menunggumu.” lalu beliau mandi lagi, kemudian pingsan lagi, begitu seterusnya hingga terjadi tiga kali. Setelah itu Nabi SAW meminta Abu Bakar Shiddiq untuk menjadi imam shalat. Maka Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. mengimami shalat pada hari-hari terakhir kehidupan Rasulullah SAW sebanyak tujuh belas kali. Tiga hari sebelum beliau (Nabi SAW) wafat, sakit beliau mulai mengeras. Beliau saat itu berada di rumah Sayyidah Maimunah r.a. Beliau SAW bersabda : ”Kumpulkan istri-istriku.” maka berkumpullah istri-istri beliau SAW, beliau bersabda : ”Apakah kalian mengizinkan aku untuk tinggal di rumah Aisyah?” maka mereka menjawab : ”Kami mengizinkan anda wahai Rasulullah.” kemudian beliau berkeinginan untuk berdiri akan tetapi beliau tidak mampu. Datanglah Ali bin Abi Thalib r.a. dan Al-Fadl bin Al-Abbas r.a. maka mereka pun membopong Rasulullah SAW, lalu mereka memindahkan beliau SAW dari kamar Maimunah r.a. menuju kamar Aisyah r.a. Adapun para Sahabat, baru pertama kali ini mereka melihat Rasulullah SAW dibopong diatas dua tangan. Maka berkumpulah para Sahabat dan mereka berkata : ”Apa yang terjadi pada Rasulullah, apa yang terjadi pada Rasulullah ?” mulailah manusia berkumpul di dalam masjid. Masjid pun mulai penuh dengan para sahabat.
Nabi SAW dibawa menuju rumah Aisyah r.a. mulailah Rasulullah SAW mencucurkan keringat, berkeringat dan berkeringat. Berkatalah Aisyah r.a. : ”Sungguh belum pernah aku melihat ada seorang manusia yang berkeringat deras seperti ini.” Maka dia mengambil tangan Rasulullah SAW dan dengannya dia (Aisyah r.a.) mengusap keringat beliau. (Mengapakah dia (Aisyah r.a.) mengusap keringat dengan tangan beliau (Nabi SAW) dan tidak mengusapnya dengan tangannya (Aisyah r.a.) sendiri ?) maka Aisyah r.a. berkata : ”Sesungguhnya tangan Rasulullah SAW lebih lembut dan mulia dari pada tanganku, oleh karena itulah aku mengusap keringat beliau dengan tangan beliau dan tidak dengan tanganku.” (Ini adalah sebuah penghormatan terhadap Nabi SAW.)
Sehari sebelum Rasulullah SAW wafat, yaitu hari Ahad beliau SAW memerdekakan budaknya. Beliaupun bersedekah sebanyak sembilan dinar, senjatanya dihadiahkan kepada kaum muslimin. Pada malam harinya, Aisyah r.a. meminjam minyak untuk lampu dari tetangganya. Saat itu, baju besinya digadaikan kepada seorang Yahudi untuk mendapatkan tiga puluh Sha’ gandum.
* Aisah r.a. berkata : ”Aku mendengar Rasulullah SAW berkata :
”Laa Ilaaha Illallah, sesungguhnya setiap kematian ada sakaratnya.” dan diulangi : ”Laa Ilaaha Illallah, sesungguhnya kematian itu memiliki sakarat.”
Mulailah suara-suara didalam Masjid meninggi. Bersabdalah Nabi SAW : ”Apa ini?. Berkata Aisyah : ”Sesungguhnya manusia mengkhawatirkan anda wahai Rasulullah.” Nabi SAW bersabda : ”Bawalah aku kepada mereka.” maka beliau berkehendak untuk bangun, akan tetapi tidak mampu. Maka para sahabat menyiramkan tujuh Qibrah air kepada beliau hingga beliau bangkit dan para sahabat membawa beliau naik di atas mimbar. Jadilah khutbah tersebut adalah khutbah terakhir beliau SAW, menjadi kalimat terakir Rasulullah SAW dan do’a terakhir Rasulullah SAW. Beliau bersabda : ”Wahai manusia, kalian mengkhawatirkan aku?” mereka menjawab : ”Ya, wahai Rasulullah.” Bersabda Rasulullah SAW : ”Sesungguhnya tempat perjanjian kalian dengan aku bukanlah di dunia, tempat perjanjian kalian denganku adalah di haudh (telaga). Demi Allah, sungguh seakan-akan aku sekarang sedang melihat kepadanya di depanku ini. Wahai manusia, demi Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian sehingga kalian akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Maka dunia itu akan membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”
Kemudian Nabi SAW bersabda : ”Allah – Allah, shalat, Allah-Allah, shalat.” (Maksudnya : Aku bersumpah demi Allah terhadap kalian agar kalian menjaga shalat.) beliau terus mengulang – ulangnya, lantas bersabda : ”Wahai manusia, bertakwalah kalian terhadap kaum wanita, aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap kaum wanita.” kemudian beliau bersabda : ”Wahai manusia, sesungguhnya ada seorang hamba yang Allah SWT telah memberikan pilihan kepadanya antara dunia dan antara apa yang ada disisi-Nya.” Tidak ada seorangpun yang memahami siapakah yang dimaksud dengan seorang hamba oleh Rasulullah SAW tadi, padahal yang dimaksud oleh Rasulullah SAW adalah diri beliau sendiri. Allah SWT telah memberikan pilihan kepada beliau dan tidak ada seorang pun yang paham selain Abu Bakar Shiddiq r.a. Dan kebiasaan para sahabat adalah bahwa saat Rasulullah SAW berbicara mereka berdiam, seakan-akan ada seekor burung yang bertengger diatas kepala mereka. Maka saat Abu Bakar Shiddiq r.a. mendengar perkataan Rasulullah SAW dia (Abu Bakar Shiddiq) tidak mampu menguasai dirinya, dengan serta merta dia menangis sesenggukkan dan ditengah Masjid dia memotong pembicaraan Rasulullah SAW, dia pun (Abu Bakar Shiddiq) berkata : ”Kami tebus anda dengan bapak-bapak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan anak-anak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan harta-harta kami wahai Rasulullah.” Abu Bakar Shiddiq mengulang-ngulangnya, sementara para sahabat yang lain melihat kepadanya dengan pandangan heran, bagaimana dia (Abu Bakar Shiddiq) berani memotong khutbah Rasulullah SAW?!
Rasulullah SAW bersabda : ”Wahai manusia, tidak ada seorang pun diantara kalian yang memiliki keutamaan disisi kami melainkan Abu Bakar, aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan balasannya kepada Allah SWT. Setiap pintu menuju Masjid ditutup kecuali pintu Abu Bakar r.a. tidak akan ditutup selamanya.”
Kemudian mulailah beliau (Nabi SAW) berdo’a untuk mereka dan berkata pada akhir do’a beliau SAW sebelum wafat beliau : ”Mudah-mudahan Allah SWT menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian, mudah-mudahan Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian, mudah-mudahan Allah menguatkan kalian, mudah-mudahan Allah melindungi kalian.” Dan kalimat terakhir yang beliau sampaikan sebelum turun dari atas mimbar adalah : ”Wahai manusia, sampaikanlah salamku kepada orang yang mengikutiku diatara umatku hingga hari kiamat.” Setelah itu beliau pun dibawa kembali kerumah beliau SAW.
Datanglah Abdul Rahman Ibnu Abu Bakar dan ditangannya ada sebatang siwak, Nabi SAW terus melihat kearah siwak tersebut tetapi tidak mampu berkata aku menginginkan siwak. Aisyah r.a. berkata : ”Aku paham dari pandangan mata beliau bahwa beliau menginginkan siwak maka aku mengambil siwak itu dari Abdul Rahman Ibnu Abu Bakar. Kemudian aku letakkan di mulutku agar aku melunakkannya untuk Nabi, kemudian aku berikan siwak itu kepada beliau. Maka sesuatu yang paling akhir masuk kedalam perut Nabi SAW adalah air dari mulutku.” Aisyah r.a. berkata : ”Termasuk sebuah keutamaan dari Rabb-ku atasku adalah Dia telah mengumpulkan air dari mulutku dengan ludah Nabi SAW sebelum beliau wafat.” Selesai bersiwak beliau SAW mengangkat tangannya dan jarinya dan matanya memandang langit – langit, bibirnya bergerak perlahan berkata. Aisyah r.a. berusaha mendengarkannya :
”Bersama – sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para Shiddiqin, orang – orang yang mati syahid dan ornag-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah dan Allah SWT cukup mengetahui.” (QS. An-Nisa : 69-70)
Pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H, masuklah kedalam kamar Rasulullah SAW putri beiau, Fathimah r.a. yaitu pada waktu Dhuha dan ia (Fathimah r.a.) menangis. Dia menangis karena biasanya setiap kali dia datang menemuai Rasulullah SAW, maka beliau (Nabi SAW) berdiri dan menciumnya diantara kedua matanya. Akan tetapi sekarang beliau (Nabi SAW) tidak mampu berdiri untuknya. Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya : ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliau SAW membisikkan sesuatu ditelinganya, maka Fathimah r.a. menangis. Rasulullah SAW bersabda lagi : ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu lagi, maka sekali ini Fathimah r.a. tertawa.”
(Setelah kematian Rasulullah SAW para Sahabat bertaya kepada Fathimah r.a. setentang apa yang dibisikan ayahanda beliau (Nabi SAW) kepada Fathimah)
Dan dijawab oleh Fathimah r.a. sebagai berikut : ”Pertama kali ayahanda (Nabi SAW) berkata kepadaku : ”Wahai Fathimah, aku akan meninggal karena sakitku ini.” maka aku pun menangis. Ketika beliau melihat aku menangis beliau kembali berkata kepadaku katanya : ”Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yang pertama kali akan bertemu denganku.” itulah maka akupun tertawa.” Rasulullah SAW memanggil kedua cucu beliau, Hasan dan Husain dan Nabi SAW menciumi keduanya serta berwasiat kebaikan kepada mereka berdua. Lalu Nabi SAW memanggil semua istrinya, menasehatinya dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kepada seluruh manusia yang hadir agar menjaga shalat dan wasiat ini juga teruntuk kepada segenap kaum muslimin :
”Shalat, shalat dan (perhatikanlah) budak – budak kalian yang kalian miliki.”
Diulanginya hal tersebut berkali-kali, maksudnya agar memperhatikan kedua hal tersebut. Lalu rasa sakit pun terasa semakin berat maka beliau bersabda : ”Keluarlah siapa saja dari rumahku.” Dan beliau bersabda lagi : ”Mendekatlah kemari wahai Aisyah.” Beliau (Nabi SAW) tidur di dada istri beliau, Aisyah r.a. Aisyah r.a. berkata : ”Beliau SAW mengangkat tangannya seraya bersabda : ”Bahkan Ar-Rafiqul A’la, Bahkan Ar-Rafiqul A’la.” (Maka diketahuilah bahwa di sela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan dunia atau Ar-Rafiqul A’la)
Masuklah Malaikat Jibril As menemui Nabi SAW seraya berkata : ”Malaikat maut ada dipintu, meminta izin untuk menemuimu dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” maka beliau (Nabi SAW) berkata kepadanya : ”Izinkan untuknya wahai Jibril.” maka masuklah Malaikat Maut seraya berkata : ”Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di akhirat.” maka Rasulullah SAW bersabda : ”Bahkan aku memilih Ar’Rafiqul A’la (teman yang tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama – sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para Shiddiqin, orang-orang shaleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yang sebaik-baiknya.” Aisyah r.a. menuturkan bahwa sebelum Rasulullah SAW wafat, ketika beliau bersandar pada dadanya dan dia mendengarkan beliau secara seksama beliau berdo’a :
”Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku padanya Ar-Rafiq Al-A’la. Ya Allah (aku minta) Ar-Rafiq Al-A’la, Ya Allah (aku minta) Ar-Rafiq Al-A’la.”
Berdirilah Malaikat Maut disisi kepala Nabi yang mulia sebagiamana dia berdiri disisi kepala salah seorang diantara kita dan berkata : ”Wahai Roh yang bagus, roh Muhammad bin Abdullah, keluarlah menuju keriho’an Allah dan menuju Rabb yang ridha dan tidak murka.”
(*Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ketika Malaikat Izrail (malaikat Maut) meminta izin untuk menemui Nabi SAW atas perintah Allah untuk mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah lembut dan Nabi SAW mengizinkannya. Ketika itulah Nabi SAW mendapat berita-berita gembira dari Sahabat beliau, kecintaan beliau, sipembawa wahyu yaitu Malaikat Jibri As sebagai berikut :
”Bahwa pintu-pintu langit telah dibuka, para Malaikat telah berbaris untuk menyambut kedatangan roh Nabi SAW, bahwa pintu-pintu Syorga telah dibuka, para bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu dan tuanlah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari Kiamat nanti.” Untuk semua berita gembira yang disampaikan oleh malaikat Jibril As tersebut disambut oleh oleh Nabi SAW dengan sabdanya : ”Segala puji dan syukur untuk Tuhanku.” Malaikat Jibril As melihat ada kegelisahan diwajah Nabi SAW apalagi bibir itu perlahan bergerak mengucapkan kata-kata : ”Umatii, Umatii.” Malaikat Jibril pun bertanya kepada Nabi SAW : ”Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan?” Rasulullah SAW menjawab : ”Tentang kegelisahanku, apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang membaca Al-Qur’an sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang berpuasa pada bulan mereka (Ramadhan) sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?” Jibril menjawab : ”Saya membawa khabar gembira untuk Baginda. Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman : ”Aku telah mengharamkan Syorga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau (Nabi Muhammad SAW) dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.” Maka berkatalah Rasulullah SAW : ”Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku wahai Jibril.” *)
Setelah mendengarkan dengan seksama do’a Rasulullah SAW yang ketika itu tengah bersandar lemah didadanya. Tidak lama kemudian Sayyidah Aisyah r.a. berkata : ”Maka jatuh lemaslah tangan Nabi SAW dan kepala beliau menjadi berat diatas dadaku dan sungguh aku sudah tahu bahwa Rasulullah SAW telah tiada...”
Inna Lillahi Wa Innaa Ilaihi Rojiun.
Nabi Muhammad SAW, Nabi termulia, Rasul paling agung telah wafat. Telah berpulang kerahmatullah manusia yang paling mulia, seorang Nabi dan Rasul yang sangat mencintai umatnya, seorang bangsawan Quraisy yang handal sebagai pemimpin umat, yang sukses menjalankan tugas kenabian, telah berpulang Nabi dan Rasul terakhir yang kepribadiaannya oleh Allah SWT telah dipersiapkan buat panutan umat, telah berpulang orang yang tidak pernah memakai sutera, telah berpulang orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum, telah berpulang orang yang lebih memilih tikar dari sebuah singgasana, telah berpulang orang yang jarang tidur diwaktu malam karena takut Neraka Sa’ir. Peristiwa ini terjadi pada waktu Dhuha, hari Senin tanggal 12 Rabbiul Awal tahun 11 H. Tepat pada usia beliau (Rasulullah SAW) 63 tahun lebih 4 hari. Wallahu ’alam Bissawab.
Subscribe to:
Posts (Atom)